Lea sekarang sedang kalang kabut memikirkan keadaan Faith. Tadinya ia merasa biasa-biasa saja namun perlahan perasaan cemas mulai muncul semenjak tahu Faith sedang dirawat disebuah kamar khusus, yang artinya keadaan Faith memang sangat parah.Lea mengikuti langkah Daisy yang berada tak jauh didepannya.
Tibalah mereka disebuah kamar paling ujung, tergelap dan sepi sunyi. Sebenarnya lantai 8 ini memang tak banyak ada pasien hanya sekitar dua puluh unit kamar yang terisi.
Daisy mematung didepan pintu, lalu berbalik dan menatap Lea.
"Ada apa?" Tanya Lea.
"Faith tentu lebih senang jika melihatmu terlebih dahulu"
Lea tersenyum, "terima kasih" lalu melangkah melewati Daisy dan langsung masuk ke dalam kamar tanpa ba-bi-bu.
Sementara itu Daisy memilih pergi ke suatu tempat. Tidak ingin memperburuk suasana hatinya dengan melihat Faith bersama Lea.
Harum obat-obatan dan sejenisnya memasuki penciuman Lea, sorot matanya menatap lekat ke arah seseorang yang sedang berbaring di atas Brankar dengan tubuh dipenuhi perlalatan medis yang Lea sendiri tidak tahu namanya.
"Faith," lirih Lea mendekati Faith.
Lea bahkan tidak sadar saking fokusnya, bila disana juga ada Chessy—sedang duduk di sofa sedang memperhatikan Lea.
"Lea" panggil Chessy.
Lea tak menyahut matanya masih terfokus pada satu sudut.
Chessy akhirnya memilih diam, sambil memperhatikan episode selanjutnya antara Lea dan Faith.
"Seharusnya aku perjuangin kamu, bukan menyerah kayak gini" gumam Lea tepat di samping Faith.
Air mata Lea mulai menetes "sekarang aku sadar kamu bener-bener sayang sama aku"
"Bener-bener cinta sama aku, kamu tinggalin aku, sakit rasanya. Tapi aku tahu itu semua semata-mata hanya biar aku bahagia" lanjut Lea.
"Iya kan?" Tanya Lea pada Faith. Berharap mendapat balasan.
Tapi nyatanya tidak.
"Kamu masih sayang sama aku kan? Masih pengen sama aku lagi kan? Aku juga. Kalau gitu bangun, please...
Air mata Lea semakin meluruh. Tangannya terjulur merangkul tubuh Faith dari samping. Lea menangis sesenggukan hingga menimbulkan gema diruang kamar yang sunyi.
"Bangun, sembuh, jangan tinggalin aku" lirih Lea.
"Kamu pengen ketemu aku lagi kan? Tapi kenapa kamu anggurin aku sekarang, hah?" Ucap Lea dengan nada dibuat sok kesal sambil berkacak pinggang.
Lea baru tersadar Chessy sedari tadi memandangnya dengan haru. Lea berjalan menghampiri Chessy dan duduk bersebelahan di sofa.
"Aku kira kamu tidak akan datang"
Lea menatap Chessy "tadinya begitu, sekarang aku menyesal telah pernah menolak bertemu dengan Faith"
"Saat dia terbangun, namamu yang pertama kali disebut" ucap Daisy.
"Aku jadi makin merasa bersalah," ucap Lea.
"Aku tidak bisa banyak berkata Lea, akhir-akhir ini kamu akan lebih banyak mengeluarkan air mata. Jadi persiapkan itu"
Lea mengernyit bingung dengan perkataan Chessy.
"Ada apa?"
Chessy mengendikan bahunya "sedikit kejutan untukmu, mungkin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peniti
Fantasía[tahap revisi] Pergi ke masa depan bukanlah hal yang pernah terpikirkan oleh Lea, itu terdengar sangat aneh. Satu per satu hidup Lea berubah, masalah muncul yang membuat hidupnya semakin bingung. Tapi lambat laun Lea mulai terbiasa dengan keadaannya...