[PP #21] end

118 5 0
                                    


Ini sudah satu Minggu Lea di London. Keinginannya untuk kembali ke tanah air sudah memuncak, namun sepertinya keadaan tidak mendukungnya. Badai salju turun setiap hari disertai angin kencang yang membuat pohon pohon disekitar jalan terhuyung kesana kemari. Lea bahkan menghabiskan satu minggunya hanya berdiam diri dirumah, menonton TV, bermain HP dan kegiatan yang membosankan lainya.

Lea ingin pulang, andai ia punya pintu menuju kemanapun ia pasti sudah pulang sejak lalu.

Bibinya juga menahannya disini, atau malah Lea yang merasa iba hingga ia memutuskan untuk tetap tinggal. Masalahnya, Regan dan pamannya tak hentinya bertengkar setiap malam. Hanya untuk hal hal sepele, seperti meributkan menu masakan dan perilaku Regan yang masih kekanak-kanakan.

"Tadi Tante baca ramalan cuaca, Lusa kamu bisa pulang" ucap Ibu Regan membuyarkan lamunan Lea.

Lea tersenyum, "Tante ga papa kan aku tinggal sendirian?"

Ibu Regan menunduk lalu mendongak kemudian, "Tante pasti bisa ngatasin keadaan, nggak lama lagi bapak sama anak itu pasti baikan"

Lea tertawa, "iya"

"Tante juga udah pesen tiket, kamu tinggal persiapan aja"

"Thanks Tan, Lea pasti bakalan kangen sama rumah ini"

"Kamu bisa Dateng kapan aja"

"Tante ah ngomongnya, kayak Indonesia London itu deketan"

"Soalnya Tante seneng kamu disini, jadi ada yang bisa Tante ajak bicara"

Dari nadanya, Lea bisa menebak. Tantenya itu menyimpan sesuatu seperti sebuah kesedihan yang mendalam tapi tak mampu terucapkan.

Sebesar itukah masalahnya?

***

Kota ini yang Lea rindukan, kota yang menyimpan segudang kenangan indah. Yang membuatnya selalu bermimpi untuk kembali ke kota ini lagi.

Lea memandangi jalanan kota Angkasa lewat jendela mobil angkutan umum yang ditumpanginya. Bibirnya tak henti hentinya tersenyum sambil berharap sesuatu.

Ia masih bisa bertemu Faith.

Sudah lama sekali ia memendam rindu. Dan Lea percaya kerinduannya pasti terbalaskan, Faith pasti menunggunya dan merindukannya juga.

Dalam hati Lea selalu berpikir. Bagaimana keadaan Faith? Apa dia baik baik saja? Apa dia sudah sadar? Atau keadaan Faith masih sama sebelum Lea pergi? Entahlah. Lea juga belum bisa memastikan. Ia selalu sulit menghubungi Daisy maupun Chessy untuk menanyakan keadaan Faith.

Lea mendengar sesuatu yang memekikan telinga, suara decitan rem, jeritan seseorang dan benturan benda keras yang saling bertautan. Tiba tiba badannya terhuyung kesana kemari kepalanya membentur kaca hingga pecah. Rasa nyeri mulai menjalar ditubuhnya seiring dengan mengalirnya darah di kepalanya.

Sedetik setelah itu semuanya gelap, dan rasa sakit itu hilang.

Lea membuka matanya perlahan, sebuah sinar yang begitu terang langsung menyorot sepasang matanya hingga membuatnya silau.

Lea tak tahu tempat apa ini, semuanya serba hitam seperti tak ada pintu masuk dan keluar. Lea juga tidak tahu bagaimana dia bisa disini dan siapa yang membawanya ketempat ini.

Lea ingat, terakhir kali ia menaiki sebuah taksi dan taksi tersebut mengalami kecelakaan beruntun dengan kereta.

Apakah itu artinya sekarang dia sudah tiada? Apakah itu akhirat baginya? Perlahan Lea menangis, ia tidak ingin pergi secepat itu banyak hal yang belum ia lakukan masa depan nya juga masih panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PenitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang