Sepertinya Lea benar-benar merasa termakan omongan Regan tadi. Perihal Regan menyimpangkan dirinya tidak bisa tidur malam ini. Nyatanya itu memang terjadi seolah Regan punya sihir terhadap matanya yang sampai sekarang masih enggan menutup.Pikiran Lea kosong tak kemana-mana. Matanya hanya menatap langit-langit kamar yang dibalut plafon gypsum putih. Ada rasa gejolak di hati yang Lea sendiri tidak tahu penyebabnya. Yang jelas bukan karena mimpi buruk atau kenyataan Chrysler tadi. Intinya perasannya kali ini tak cukup bila diungkapkan dengan kata-kata.
Drttttt..drtt..
Dering ponsel Lea berbunyi. ada yang menelponnya Segera ia mengangkat telepon itu.
"Selamat malam, Lea"
Ah itu suara dokter Chessy.
Lea tersenyum "malam dok, ada apa?"
"Ada sesuatu yang membuatmu tidak bisa tidur"
Lea menyipitkan matanya sambil heran "Dokter tahu?"
"Tentu dan aku juga tahu penyebabnya"
"Apa?" Tanya Lea. Lalu membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Ini hubungannya dengan keterikatan batin kalian"
Kalian?, Lea berpikir dalam hati.
"Siapa yang dokter maksud dengan kalian?" Tanya Lea.
"Aku lupa belum memberitahumu ya?"
"Faith, kamu dan Faith saling terikat satu sama lain. Jika salah satu diantara kalian sedang merasa bahagia, sedih atau sebagainya maka yang lain akan merasakan hal yang sama. Karena itulah kamu merasa gelisah yang tak berkesudahan, karena kondisi Faith memang seperti itu sekarang"
"Kenyataan apa lagi ini?"
"Lea itu memang sudah takdirmu Kalian memang terpisah tapi pikiran dan hati kalian saling bersatu tanpa kalian tahu"
"Lalu bagaimana supaya aku bisa tenang? Perasaan ini mengganggu ku dokter" celetuk Lea sedikit kesal.
"Tunggu saja Lea sampai Faith benar benar merasa damai maka tubuh, pikiran dan hatimu merasakan hal itu juga"
"Memang Faith kenapa?"
"Entahlah kemarin dia bilang ada masalah dengan pacarnya"
"Faith sudah punya pacar dok, mengapa ketertarikan itu ada padaku?"
"Aku tidak tahu Lea tadkir itu sudah ada sejak lahir dan takdir itu juga merupakan alasan yang cukup kuat untuk membawamu ke masa depan"
"Aku tidak mengerti dok, aku ingin tidur"
"Baiklah Lea, aku menelepon hanya untuk memberi tahumu itu semoga takdir benar-benar menyatukan kalian"
Semoga saja tidak, pria itu dingin dan kaku. Aku tak suka, batin Lea.
"Yah, selamat tidur dok"
Lalu sambungan telepon itu terputus. Membuat Lea menghela nafas panjang. Kenyataan atau tidak ia juga masih bingung. Pikirannya masih kacau balau. Mungkin memang benar kata dokter Chessy bahwa ia punya kekuatan batin yang sama dengan Faith.
Lea berpikir sampai kemana-mana. Tentang membayangkan dirinya pacaran dengan pria semacam Faith. Pasti hidupnya tidak akan seru karena isinya hanya diam saja.
***
"Selamat pagi Lea! Selamat hari pertama kuliah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Peniti
Fantasy[tahap revisi] Pergi ke masa depan bukanlah hal yang pernah terpikirkan oleh Lea, itu terdengar sangat aneh. Satu per satu hidup Lea berubah, masalah muncul yang membuat hidupnya semakin bingung. Tapi lambat laun Lea mulai terbiasa dengan keadaannya...