[PP #17] Lea, aku ingin bertemu

39 7 1
                                    

Lea masih terlelap dalam tidurnya. Matanya terlihat sembab dan merah, wajahnya pucat dan masih terdengar isakkan kecil disela hembusan nafasnya.

Tadi malam Lea tidak bisa tidur, hatinya gelisah tak karuan. Matanya tak henti menangis dan selalu memikirkan sesuatu yang membuat hatinya semakin terasa sesak.

Kemarin, hari yang buruk. Lea sampai enggan pergi kuliah, hanya berdiam saja dikamar sambil termenung. Sesekali menangis juga. Ia juga tidak makan seharian, hanya minum air putih segelas sebelum tidur. Perutnya tidak lapar, moodnya hilang entah kemana.

Lea berharap, ini menjadi pagi yang baik. Matanya terbuka sedikit sambil menguap. Tangannya mengucek sebelah matanya yang terasa perih, akibat tangis dan sorotan sinar matahari yang langsung menyambut matanya saat terbuka.

Matanya sudah sempurna terbuka, tiada rasa kantuk lagi walaupun larut malam Lea tidur.

Tapi dirinya masih bergeming di atas kasur, memeluk guling dan tertutup selimut tebal. Matanya menatap kosong, Perasaan gundah masih menyelimuti hatinya.

Sesaat kemudian Lea mengerjap matanya beberapa kali. Hatinya bertekad untuk berubah, ia pasti bisa tanpa Faith. Terlalu sayang jika waktunya dipergunakan hanya untuk memikirkan sesuatu yang tak dapat ia raih.

Lea beralih menjadi duduk bersandar. Mengambil ponselnya di nakas, mengecek ponselnya sebentar lalu berjalan menuju kamar mandi dan bersiap pergi kuliah karena ini sudah jam 7.

Lea sudah siap dengan pakaiannya sekarang waktunya berangkat kuliah.

Lea menghela nafas pelan saat berada di teras rumah sambil mengenakan sepatunya. Biasanya Faith akan menjemputnya dan berangkat bersama. Paginya lebih indah saat Faith tersenyum padanya. Jangan harapkan itu Lea, sekarang waktunya menjalankan hidup bagaimana semestinya.

Sekarang pilihannya adalah angkutan umum.

***

"Pacar baru?"

"Oh, iya"

"Dokter? Cantik ya"

"Hm"

"Yang kemaren perasaan baru, udah putus aja"

"Gue gak bisa sama yang kemaren"

"Kenapa?"

"Yang sekarang yang lebih baik"

Lea mendengar percakapan itu. Dimana dua orang cowok dibelakangnya sedang mengobrol sambil meminum minuman didepannya.

Kantinnya tidak terlalu ramai, hanya beberapa meja yang diisi. Jadi, Lea masih bisa mendengar jelas suara dibelakangnya. Lea tentu sangat hafal suara itu.

Perlahan Lea menunduk, hatinya meluruh, dadanya sesak dan kesedihan yang sudah berusaha ia hapus perlahan datang.

Faith bilang bahwa dia sudah punya wanita yang lebih baik dari dirinya. Lea tahu itu kenyataan yang harus ia terima bahwa Daisy tentu lebih baik. Tapi, Lea juga tak bisa menutupi rasa sedihnya akibat perkataan Faith.

Faith melirik wanita yang sedang duduk membelakanginya. Faith tentu tahu Lea pasti mendengar ucapannya karena jarak mereka tak terlalu jauh.

PenitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang