Faith menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang rumah Lea. Menoleh melihat mata Lea masih setia menutup. Wajahnya begitu damai dan tentram. Faith tersenyum memandangi indah ciptaan Tuhan didepannya lalu terkekeh kemudian mengingat gadis ini menjadi sangat terlihat pendiam saat tidur.Faith mendekatkan wajahnya ke arah Lea. Bukan bermaksud macam-macam, ia hanya ingin melihat Lea dengan jarak yang berbeda dari biasanya.
Perlahan Lea mulai membuka matanya. Samar-samar ia melihat sepasang bola mata menatapnya intens sambil menyunggingkan senyuman. Lea merasa pipinya memerah menyadari wajah Faith begitu dekat dengan wajahnya.
"Awww" ringis Faith saat Lea mencubit pipinya begitu kecil hingga menimbulkan rasa sakit dan nyeri yang cukup lama.
"Kamu mau ngapain?" Hardik Lea menjauhkan wajah Faith dari hadapannya. Takut jantungnya makin tak terkendali.
Faith melepaskan tangan Lea yang mendorong wajahnya "khawatir banget sih. Belum aku apa-apain"
"Oh jadi tadi punya rencana buat apa-apain aku?" Tanya Lea berkacak pinggang.
Faith tertawa lalu mengacak rambut Lea hingga membuatnya makin berantakan "udah sore, masuk gih"
Perkataan Faith yang terdengar halus dan lembut membuat kuping Lea serasa ingin mendengarnya terus menerus. Mau tak mau hatinya luluh sekarang dan melupakan sedikit amarahnya tadi.
"Iya, hati-hati di jalan. Kabarin kalau udah sampai" ucap Lea lalu membuka pintu mobil dan beranjak keluar.
Tapi tangannya dicekal oleh Faith sebelum pintu mobil itu benar-benar terbuka. Lea menoleh dan memberikan tatapan bertanya.
Cup.
Sebuah kecupan sekejap tapi manis mendarat di dahi Lea. Jantung Lea mulai lepas kendali. Berpacu lima kali lebih cepat dari umumnya. Dan ia rasa hanya Faith yang membuat dirinya begitu karena dengan Kenzo pun, Lea tidak pernah merasa jantungnya berdebar sehebat ini.
"Selamat sore, Bae"
Lea terenyuh mendengar ucapan Faith tersebut. Ia mengangguk "sore, i love u"
Setelah itu Lea keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada Faith yang mulai menjauhi area rumahnya. Hatinya sungguh gembira tidak ada kata yang mampu mendeskripsikan rasanya ini.
***
Lea menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamunya yang kecil. Tangannya meraih benda berukuran kecil disampingnya lalu mengarahkannya ke arah tv sedang yang berada didepannya. Jarinya sibuk memencet tombol remote dan mencari acara yang membuatnya terhibur dikala kegabutan ini.
Drt..drttttt..
Ponsel Lea bergetar membuat gadis itu lantas menaruh remote dan berganti memegang ponselnya yang berdering.
Sebuah senyuman terukir manis diwajahnya saat melihat siapa yang membuat ponselnya berdering.
"Halo"
"Hm? Ada apa nelpon?" Lea menaruh ponsel itu tepat di kupingnya.
"Cuma mau ngingetin. Tadi katanya kalau udah sampai rumah suruh kabarin. Kok malah lupa"
"Ah, Haha iya. Ada hal lain?"
"Kakak udah masak banyak hari ini dan itu spesial buat kamu. Aku jemput kamu ya, kita makan malam di rumahku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peniti
خيال (فانتازيا)[tahap revisi] Pergi ke masa depan bukanlah hal yang pernah terpikirkan oleh Lea, itu terdengar sangat aneh. Satu per satu hidup Lea berubah, masalah muncul yang membuat hidupnya semakin bingung. Tapi lambat laun Lea mulai terbiasa dengan keadaannya...