[PP #12] one fine day

50 6 4
                                    


Hari ini setelah selesai kuliah Faith dan Lea pergi jalan-jalan. Itu semua atas permintaannya Faith yang bersikeras untuk pergi dengan alasan dirinya butuh refreshing. Padahal, Lea menolak keras mengingat keadaan Faith. Lea takut sesuatu yang buruk kembali terjadi.

"Faith" panggil Lea pada Faith yang masih sibuk menyetir.

"Hm?" Jawab Faith.

"Kita mau kemana?" Tanya Lea. Karena sejak diperhatikan sedari tadi Faith membawanya tanpa arah.

Faith mengendikan bahunya.

Lea menatapnya dengan tatapan bingung "Lo yang ngajak kok malah gak tahu mau ke mana?"

Faith mengendikan bahunya. Lagi.

Lea menghembuskan nafas kasar jengah dengan sikap Faith yang mulai irit bicara "Lo lagi puasa bicara ya?"

Faith menoleh menaikan satu alisnya. Lalu menggeleng setelahnya dan kembali fokus menyetir.

Lea menatap kan punggungnya ke jok mobil lalu melipat kedua tangannya di atas dadanya. Matanya melirik ke kaca jendela mengamati tempat yang ia lewati. Ia kesal Faith bersikap seperti ini padanya.

Faith yang melihatnya hanya tersenyum "kita nonton"

Lea menegakkan tubuhnya sambil memasang wajah antusias "beneran?"

"Iya" jawab Faith.

Lea tersenyum lebar. Baru saja tadi malam ia memikirkan dan berdoa agar bisa menonton film terbaru kebetulan aktor utamanya adalah idolanya. Dan sekarang Faith mengabulkan doa nya.

"Makasih Faith" ucap Lea sambil tersenyum lebar.

"Iya, apapun buat Lo"

***

Lea tertawa bahagia bersama Faith. Hari ini hari yang menyenangkan. Menonton Film, makan siang bersama, berbelanja, main ke Timezone dan hal menyenangkan lain. Lea menjalaninya dengan senang begitu juga dengan Faith. Melupakan segala jenis penderitaan.

Mereka juga sampai melupakan waktu. Dari pukul 2 siang sampai 5 sore. Untunglah kuliah mereka hanya beberapa jam sehingga waktu luang untuk berjalan-jalan lebih banyak.

Sekarang Faith dan Lea sedang berada di sebuah kafe coklat untuk mengistirahatkan tubuh mereka sejenak sekaligus mencari tempat berteduh karena langit mulai mendung dan sebentar lagi akan menurunkan hujannya.

"Capek gak?" Tanya Faith pada Lea yang sedang menyeruput secangkir coklat panasnya. berhubung cuacanya dingin minuman hangat itu sedikit menghilangkan kedinginan Lea.

Lea meletakkan cangkirnya itu ke meja kembali. Lalu menggeleng cepat "nggak, gue seneng hari ini"

Faith mengangguk tersenyum "bagus deh"

Merek berdua sibuk dengan aktivitas masing-masing. Lea masih setia dengan coklat panasnya dan Faith masih terus berpikir.

Sorot mata berwarna coklat itu menangkap sisi luar cafe yang diguyur hujan cukup deras. Belakangan ini kota Angkasa sering mengalami cuaca yang cukup ekstrim. Saat musim panas maka kota akan benar benar tandus dan saat musim dingin hujan terus menerus turun tanpa henti biasanya juga disertai hujan es. Hal itu membuat para orang sulit mendeteksi cuaca yang akan datang.

Faith menghembuskan nafas pelan. Jujur Faith tidak terlalu suka hujan. Karena hujan selalu membuatnya menunda suatu pekerjaan. Berisik dan membuat kekacauan. Begitu pikirnya. Tapi mungkin sekarang sedikit berbeda. Hujan saat ini. Ditemani seorang gadis berambut sebahu dan berkulit kuning Langsat membuat pikirannya tentang hujan tidak terlalu buruk, mungkin untuk saat ini.

PenitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang