[PP #13]

49 8 2
                                    

Daisy duduk di kursinya yang empuk. Kepalanya menengadah ke atas. Sekarang ia sedang bosan itulah mengapa sepasang headset terpasang di telinganya. Matanya menutup sambil bibirnya bergumam mengikuti alunan musik yang didengarnya. Posisinya begitu nyaman walau sedang duduk ditemani udara dingin dari AC dan wewangian obat khas rumah sakit.

Tak banyak pasien yang berkunjung hari ini dan kebetulan ia tidak ada jadwal apapun sepanjang hari ini jadi mungkin ia bisa sedikit bersantai. Tidak seperti biasanya.

Tok.tok.tok.

Suara ketukan pintu terdengar. Daisy tahu itu pasti bukan seorang pasien melainkan temannya karena jika itu seorang pasien yang akan berobat tentu tidak akan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Walau tertutup headset tentu telinga Daisy mendengar ketukan pintu itu. Ia memang sengaja memutar musik tidak terlalu keras hingga menyumbat telinganya rapat-rapat.

"Masuk" ucap Daisy lalu bangkit dan duduk di kursinya dengan benar. Tak lupa melepas headset nya juga.

Daisy tersenyum melihat seseorang yang datang "Vika!"

"Hai" sapa gadis berambut ikal yang memakai seragam khas rumah sakit.

"sejak kapan lo ada disini?" tanya Daisy antusias.

Vika duduk di depan Daisy, disekat oleh meja kerja.

"gue sekarang ditugasin di rumah sakit ini" ujar Vika senang.

"wah, beneran?" Daisy seakan tidak percaya sahabatnya sejak kecil itu akan bekerja ditempat yang sama dengannya.

Vika mengangguk antusias.

"Asyik, kita bisa ngerumpi tiap hari dong" celetuk Daisy diiringi tawa Vika.

"Eh Vik, Lo gimana? Udah nikah belom?" Tanya Daisy. Mengingat gadis itu selalu berbicara tentang cinta saat mereka menelpon.

Vika menggeleng "belom, jodoh aja belom Nemu"

Daisy tertawa. Ia juga heran, bagaimana gadis cantik dan berbakat seperti Vika belum menemukan pria idamannya. Entahlah, mungkin Vika masih mengejar cita-cita nya. Karena yang Daisy tahu sahabatnya itu tidak akan berhenti berjuang sebelum apa yang diinginkan benar-benar terjadi.

"Ih kok ketawa, emang Lo udah punya?"

Daisy diam, lalu menggeleng sambil tertawa "belom juga"

"Eh terus yang Lo ceritain dulu itu udah nggak ya?" Tanya Vika.

Daisy menatapnya serius "yang mana?"

"Aelah, gitu aja lupa" cibir Vika "yang pasien Lo sendiri itu. Udah lama sih Lo ceritanya ke gue, sekitar 1 tahun yang lalu. Sekarang masih atau nggak?"

Daisy tersenyum samar. Vika mempunyai ingatan yang luar biasa. Bahkan saat dirinya sendiri melupakan perkataannya. Tapi Daisy masih ingat, Faith lah yang dimaksud Vika. Hanya saja mungkin Vika melupakan namanya.

Dengan anggukan kecil Daisy berucap "masih"

"Awet juga ya, udah jadian belom?" Tanya Vika lagi.

Daisy menggeleng, raut diwajahnya berubah "dia udah ada yang lain"

Vika yang tadi ceria juga mendadak padam melihat perubahan Daisy "berjuang dong"

"Udah, dia nganggep gue sebatas teman. Dan gue yakin, gak akan lebih" ucap Daisy.

"2 tahun kalian bersama, gak mungkin doi gak punya perasaan sama Lo" celetuk Vika.

Daisy menengadah ke atas "gue gak tahu. Gue udah berusaha. Gue juga pernah mikir kayak gitu vik. Gue kira Faith suka sama gue. Tapi nyatanya nggak, saat dia bawa seorang gadis kesini. Mereka bahagia dan kayaknya kehadiran gadis itu lebih bikin Faith bahagia dibanding kehadiran gue selama ini"

PenitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang