[PP #20] waiting for me

58 4 1
                                    


Lea menutup resleting kopernya rapat rapat. Baju dan barang bawaan lainya sudah ia masukkan untuk persediaan selama beberapa hari di London.

Ada perasaan yang mengganjal di dalam dirinya. Seperti rasa sesak yang tak terbantahkan dan sebuah air mata yang terus mengalir.

Lea tahu, banyak yang mampu menggantikan posisinya dalam hidup Faith. Dia bukanlah segalanya, Lea hanya orang baru dalam hidup Faith. Jadi Lea tak perlu khawatir tentang keadaan Faith.

Namun Lea tidak akan pernah bisa berpikir seperti itu—bahwa Lea merasa tak perlu khawatir. Karena nyatanya jantungnya terus berpacu cepat dan otaknya memikirkan hal hal negatif.

Lea berdiri dan merapikan tubuhnya. Lalu beranjak keluar dari kamar sambil menggeret kopernya. Keberangkatannya ke London sebentar lagi, sekitar satu jam. Dan sekarang Lea ingin pergi ke rumah sakit terlebih dahulu.

Menemui Faith.

***

"Hai, mantan" sapa Lea pada Faith yang masih terbujur di atas Brankar dengan mata yang masih setia menutup.

"Aku udah bilang kemarin aku mau ke London, aku bakalan pergi lima belas menit lagi. Kamu gak mau ngucapin apa gitu ke aku? Sebelum aku pergi?" Tanya Lea.

Faith tak merespon, sedikitpun. Malah suara dari alat alat yang terpasang di tubuh Faith yang sedari tadi menimbulkan bunyi-bunyian.

"Jangan diem terus, jangan cuekin aku. Nanti aku cari cowok lain kalau kamu masih gini Lo" ancam Lea bercanda.

Lea menghembuskan nafas gusar, percuma bila dia mengajak berbicara dengan Faith.

"Aku sayang kamu, kamunya diem terus"

"Aku cinta kamu, kamunya gak ngerespon"

"Aku rindu kamu, kamunya cuek"

"Harus ya aku bilang aku benci kamu? Soalnya kalau kata sayang, rindu dan cinta kamu selalu diam aja cuek. Dan gak ngerespon sedikitpun"

"Jangan bikin aku nunggu sesuatu yang nggak pasti Faith,"

"Buka mata kamu, dan lihat aku yang selama ini nungguin kamu"

Lea bergeming ditempat, air mata sudah menetes sedari tadi. Tangannya mengusap sisa air mata di pipinya, "aku pergi ya, kalau aku pulang aku harap kamu udah duduk dan nungguin aku sambil tersenyum terus bilang i love you"

Lea melangkah keluar ruangan. Sekarang langkahnya menuju ruang rawat inap Regan untuk menjemputnya dan segera pergi ke bandara.

"Udah siap semua?" Tanya Lea pada Regan.

"Udah, tinggal berangkat aja"

"Oke"

"Lo baik-baik saja kan?"

Lea mengangguk. Walau sebenarnya tidak.

"Gue tahu kok ninggalin orang yang Lo sayang itu susah, ga usah khawatir Lo cuma sebentar di London"

Lea mengangguk, sambil menyeka air matanya.

***

Hai Lea, ini surat ku.

Aku tidak tahu kapan aku bisa melihatmu lagi, kapan bisa memelukmu, kapan bisa melihat tawamu karena aku tahu waktuku tidak banyak.

PenitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang