Raskal POV
Aku terbangun ketika mendengar suara berisik alarm yang sedari tak henti-henti menyerah untuk mengusik kenyamananku dalam menjelajahi dunia mimpi.
Malas dan mengantuk masih menghinggapi tubuhku, ingin rasanya aku berbaring kembali memeluk guling yang entah kenapa pagi ini amat sangat disayangkan untuk tidak ku peluk. Ingin rasanya aku menenggelamkan wajahku di bantal dan tertidur kembali.
Tapi jika aku menuruti kata ingin, maka aku dan adikku tidak akan bisa makan dan bersekolah. Sekolah adalah satu-satunya harapan bagiku untuk bisa sukses mendapatkan pekerjaan. Setidaknya ketika kita mendapatkan gelar sarjana, pekerjaan itu akan datang dengan sendirinya. Gaji yang didapatkanpun pasti akan sesuai dengan harapan kita bahkan bisa mendapatkan lebih.
Aku bangun dengan malas, lalu berjalan arah kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah ini aku harus membangunkan adik kesayanganku untuk pergi sekolah.
Ramalan cuaca hari ini mengatakan, bahwa tidak akan ada hujan, badai, salju dan cuaca mengerikan lainnya. Dengan kata lain, ramalan cuaca hari ini cerah. Sepertinya matahari sedang bersemangat untuk mengeluarkan sinar dan terik panasnya itu.
Author POV
Setelah membangunkan Dewa, Raskal pergi ke dapur untuk membuat sarapan pagi sebelum ia pergi kuliah dan kerja part timenya itu.
Sarapan sederhana yang hanya bisa buat yaitu, nasi goreng dan telur mata sapi. Meskipun sederhana, tapi masakan Raskal ini tidak bisa di sepelekan begitu saja. Dewa saja, yang baru duduk di meja makan begitu melihat nasi goreng yang telah terhidang di piringnya saja sudah ingin menambah, padahal ia belum makan sama sekali.
Tanpa babibu lagi, dengan kecepatan super kilatnya, Dewa segera memakan nasi goreng itu dengan lahap. Raskal yang melihag tingkah adiknya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Indra penglihatannya begitu tertarik dengan amplop surat di sebelah tas Dewa yang diletakkan di atas meja.
"Amplop apa itu, Dewa?". Tanya Raskal dengan bingung. Dewa menyelesaikan suapan terakhirnya, lalu memberikan amplop itu kepada Raskal.
"Baca aja dulu kak". Dewa berbicara dengan tenang lalu menyerahkan sepucuk amplop itu ke kakaknya. Raskal sudah menduga-duga bahwa surat itu akan berdampak buruk untuk harinya.
"Please jangan bilang kalau ini surat tunggakan SPP sekolah kamu?". Harap Raskal yang pastinya itu tidak benar.
"Sayangnya itu surat peringatan pembayaran SPP kak, jika aku belum bayar sampai minggu depan, maka aku nggak bisa ikut UN kak".
Raskal langsung terdiam setelah mimpi buruk barusan, sejenak ia menerawang ke masa lalu di saat Orangtuanya masih hidup. Ayahnya yang bekerja di kantor sebagai manager keuangan membuat hidup keluarganya berkecukupan.Raskal hanya perlu sekolah tanpa memikirkan beban hidupnya, namun semenjak peristiwa perampokan laknat itu terjadi Raskal terpaksa harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup dirinya dan adiknya.
"Kak dengerin nggak aku ngomong dari tadi?". Dewa menaikkan nada suaranya karena dari tadi kakaknya tidak mendengarkan ia bicara. Raskal terlalu sibuk dengan lamunan masalalunya.
"Eh, iya kamu ngomong apa?". Ucap Raskal setelah sadar dari lamunannya.
"Ah sudahlah kak, mendingan aku pergi sekolah dulu. Pulang ini aku mau ngamen lagi untuk tambahan bayaran sekolah aku. Kakak hati-hati ya berangkat kerjanya!!".
Setelah mencium tangan kakaknya, Dewa pergi ke sekolah dengan sepeda bututnya.
Tak lama dari itu Raskal pergi bekerja, kali ini ia harus bolos kuliah untuk mencari uang buat bayaran sekolah adiknya.
Thanks yang udah mau baca cerita abal-abal aku. Jangan lupa kasih vote sama comentnya yah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Old (TAMAT)
RandomRaskal Maharani, mahasiswi jurusan Akuntansi semester 6 di Universitas Malaka. Ia adalah anak yatim piatu, kedua orangtuanya telah meninggal karena di bunuh perampok. Ia tinggal bersama adik laki-lakinya (Dewa) yang sekarang sedang bersekolah kelas...