SATU

17.1K 443 5
                                    

Silvia mendesah saat lagi Philip menghujam bagian bawah tubuhnya ini adalah kesekian kalinya pria itu meledak di dalam dirinya namun masih belum memberikan tanda jika ia akan berhenti.

Philip beranjak dari atas tubuh pilih Silvia setelah mencium kening wanita itu yang penuh dengan peluh.

Sementara Silvia hanya memejamkan matanya menikmati sisa kenikmatan yang baru saja menyerangnya.

Philip bangkit dan memasuki kamar mandi. Selang sepuluh menit. Pria itu keluar dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya.

Ia menatap wanita yang baru saja memuaskannya itu tengah tertidur dengan lelap. Tanpa suara Philip menghampiri Silvia dan menutupi tubuh wanita itu.

Wajah Philip nampak berpikir. Ia sadar betul dengan apa yang sedang ia lakukan dengan wanita itu. Sebuah kesalahan, kesalahan yang berulang.

Tapi dalam diri pria itu tidak ada sedikitpun perasaan menyesal atau takut. Yang ada malahan perasaan ingin memiliki wanita itu secara penuh.

Philip sadar jenis wanita seperti apa itu Silvia. Bebas, liar tak jauh beda dengan putrinya. Hanya saja Silvia tidak pandang bulu dalam menentukan teman tidurnya. Asalkan kaya dan sanggup memanjakan dirinya. Maka Silvia dengan senang hati akan membuka bajunya.

Wanita itu menggeliat hingga selimut yang menutupi dadanya tersingkap ke bawah. Membuat mata tajam Philip melihat sepasang payudara Silvia yang masih tetap keliatan tegak saat berbaring. Ada banyak tanda kemerahan di sana. Entah karena waktu bercinta tadi Philip terlalu mencengkram dengan keras. Atau karena mulutnya yang mencicipi bulatan kenyal itu dengan buas.

Masih terlalu dini hari. Namun Philip mempunyai agenda meeting pagi ini. Tidak ingin melewatkan proyek yang bernilai milyaran Philip akan bergegas ke New York. Apartemen yang Philip sediakan bagi peliharaan cantiknya itu memang agak terpencil dari kota meski bukan kawasan kumuh.

Silvia berulang kali meminta agar ia bisa pindah di pusat kota tapi Philip menolak dengan tegas. Ia tak ingin hubungan terlarangnya dengan Silvia tercium oleh keluarganya. Bukan karena pria itu terlalu pengecut, ia hanya mengkhawatirkan apa yang akan Silvia alami.

Ia tahu sendiri bagaimana sifat buruk istrinya itu. Dan juga Anne pasti akan membenci Silvia. Sejauh yang Philip lihat hanya putrinya lah yang begitu tulus menemani Silvia, meski Anne tahu jika Silvia itu adalah wanita jalang.

+++++++++++

Silvia terbangun dengan kepala yang terasa begitu berat.

"Euhh." Erangnya memegang kepalanya. Dari balik tirai kamarnya matahari sudah bersinar dengan terangnya.

Silvia terbang dan segera melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setengah jam akhirnya ia keluar dengan kondisi yang lebih segar.

Matanya hanya berputar dengan kesal saat menyadari Philip telah pergi tanpa berkata-kata. Padahal ia berencana untuk ikut ke New York. Ia bosan berada dalam apartemen mewah namun sepi itu.

Hari ini dia akan kembali ke New York dan mengikuti pesta yang diadakan oleh salah satu teman kuliahnya dulu. John Gibson. Silvia tidak sabar untuk kembali melihat pria tampan dan panas itu.

Wanita itu berjalan ke arah walking closed dan memilih pakaian terseksi yang ia miliki. Ia melakukannya dengan perasaan yang luar biasa berdebar. Silvia tidak peduli dengan larangan Philip untuk keluar terlalu jauh.

Dia pikir dia bisa mengaturku karena telah memberikanku uang? Cihhh padahal aku tidak menerima itu dengan gratis. Jelas sekali dia yang paling diuntungkan. Silvia mengangkat sudut bibirnya membentuk senyum.

+++++++++++

Silvia memasuki club' itu dengan lenggokkan pinggang yang menarik perhatian setiap kaum hawa. Dalam hati itu merutuki setiap mata yang seolah tidak ragu untuk menelanjangi dirinya. Silvia tahu ia memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Dan ia sadar jika dengan daya tarik itu ia bisa membuatnya merasa seperti ratu yang tiap keinginannya akan terpenuhi. Ia tinggal meminta maka para pria yang lebih mudah terpengaruh oleh tawaran seks hebat akan mengikuti perintah Silvia.

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang