TUJUH

6.2K 178 3
                                    

Silvia tidak bisa mengingat bagaimana tubuhnya bisa menyentuh ranjang empuk di punggungnya. Matanya terpejam serta suaranya makin mengeras.

Ia sama sekali tidak bisa mengabaikan bagaimana dengan perkasanya Philip bergerak dalam tubuhnya yang panas.

Beradu dengan keras.
Bergerak dengan kencang.

Silvia menatap wajah tegang Philip yang menatap tajam pada dadanya sementara pria itu menarik dan menusuk kejantanannya pada tubuh Silvia.

"Hmm Philip."

Philip beralih ke wajahnya.

Silvia mengangkat kedua lengannya untuk menyentuh bahu keras Philip. Pria itu menunduk seakan memberikan apa yang wanita itu inginkan.

Kini pria itu sepenuhnya menindih tubuh Silvia. Lengan halus Silvia melingkari tubuhnya, sesekali kuku tajamnya menancap pada punggung berotot Philip saat pria itu menyentuhnya titik terdalamnya.

Nafasnya makin memburu.
Matanya mulai mengabur.

Dan ia bahkan tidak pernah bosannya menantikan Philip membawanya tenggelam. Jauh dalam dasar yang hanya mampu didapatkan Silvia dari Philip. Bahkan saat bersama dengan pria manapun. Tak ada yang bisa menandingi Philip dalam memuaskannya. Tentu saja, wanita itu tidak akan mengakuinya.

"Lebih cepat sayang."
Bisiknya terbata, ia lelah, ia lunglai. Untuk menjerit pun ia sudah tidak sanggup. Bayangkan saja Philip sudah menggempurnya sejak semalam dan tadi pagi dengan ekstra tambahan.

Kini saat ia sudah akan tiba pada dasar kelam yang indah. Philip tiba-tiba saja menarik dirinya dari tubuh Silvia. Bangkit dan berdiri di tengah kamar. Napas Philip memburu seperti Silvia. Miliknya masih tegak dengan sempurna. Jika Silvia sudah akan mencapai klimaks maka Philip masih begitu jauh untuk berlayar.

Wajah Silvia memerah.

Ia sungguh luar biasa marah apalagi Philip hanya menatapnya tajam tanpa tanda-tanda akan melanjutkan pekerjaan yang pria itu tundah.

"Lagi Philip." Rengek Silvia sambil bangkit dari ranjang. Ia menatap Philip yang seakan membeku sebelum berlutut untuk melumat bagian tak bertulang Philip.

Philip mencengkram rambut belakang Silvia dan menarik wajah itu agar menjauh dari kejantanannya.

"Kau pikir kau bisa mendapatkan apa yang kau mau?"

Silvia terpanah. Ia pikir Philip sudah menuruti keinginannya saat pria itu memasuki kamar mandi dalam keadaan polos dan membisikkan kata-kata manis.

"As you wish my princess, you're gonna getting what you want."

Bahkan Silvia berpikir jika Philip benar-benar bisa mengerti dirinya tadi.

Philip melepaskan cengkraman tangannya pada rambut emas Silvia dan melangkah ke arah lemari besar di kamarnya untuk meraih celana training. Memasangnya dengan cepat dan menatap Silvia dengan mata marah.

"Kau perlu diberi pelajaran."

Silvia menunduk.

Sekali lagi pria itu meninggalkannya seakan Silvia adalah wanita murahan yang tidak cukup berharga. Padahal jelas sekali milik Philip masih begitu bergairah. Mengapa pria itu sampai membunuh gairahnya hanya karena kesal pada dirinya? Sebenarnya Philip kenapa?

Silvia terus saja berpikir hingga ketukan pintu di belakangnya membuatnya bangkit. Ia segera mencari sekiranya kain yang bisa menutupi tubuh polosnya..

"Selamat pagi nona Clarice." Salah seorang pelayan yang sering ia lihat berdiri di depannya.

"Ada apa?" Silvia bertanya dengan senyuman sinis di wajahnya. Ia ingat dengan jelas bagaimana pelayan wanita itu memandang rendah dirinya sebelum Silvia tidur dengan Philip.

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang