ENAM BELAS

3.2K 112 6
                                    

+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++

Bukan hal yang mudah bagi James untuk memberitahukan keadaan Silvia yang sekarat pada Philip. Dengan gemetar James mulai mencari kontak Philip dan menghubungi atasannya itu.
Kemejanya bahkan dipenuhi dengan noda darah Philip. Tadi ia buru-buru membawa Silvia ke rumah sakit hingga ia lupa mengatakan pada siapapun, termasuk Pelayan yang ada di rumah besar itu. Dalam hati James merutuki rumah besar namun membuat penghuni lainnya tidak sadar dengan keadaan Silvia yang sekarat.
Tak lama kemudian suara Philip yang berat mulai menyapanya.
''Ada apa James?''
''Mmmm anu Tuan...'' James menjadi kesulitan untuk mengucapkan tiga kalimat. Padahal ia hanya perlu mengucapkannya agar Philip bisa cepat-cepat mengetahi keadaan Silvia.
''Nona masuk rumah sakit.''
''Anne?'' Tanya Philip kini terdengar hati-hati, membuat James jadi bingung. Oh tentu Philip menyangka jika Nona yang ia maksud adalah putrinya sendiri. Tapi harusnya Philip tahu jika James menghubunginya maka sudah pasti ini berbubungan dengan Silvia, wanita yang Philip minta untuk James jaga.
''Bukan, ini Nona Silvia. Saya menemukan Nona dalam keadaan pedarahan yang hebat pada kepalanya.''
+++++
''Bukankah aku memintamu untuk menjaga Silvia!''
Mata Philip berkilat marah. Ia memcengkram kerah baju James dengan keras.
''Maafkan saya Tuan tapi Nona meminta saya untuk mengambil keperluan Nona yang ada di apartement lamanya.''
Philip melepaskan kerah James dengan kasar hingga pria malang itu menabrak dinding rumah sakit.
Sungguh ia sangat terkejut saat Philip mengatakan jika Silvia mengalami pendarahan hebat pada kepalanya.
Sudah satu jam Philip menunggu namun ruang icu itu masih tertutup rapat. Padahal ia sudah merencanakan liburan bulan madu dengan Silvia. Pria itu berniat mengajak Silvia untuk ke Bali, sebuah pulau eksotis yang ada di Indonesia.
Tapi sekarang?
Jangankan bulan madu, pernikahan mereka bahkan nyaris tinggal harapan saja. Entah itu harapan Philip atau Silvia yang jelas beberapa orang sudah dengan jelas menentang hubungan mereka.
Setelah dua jam menunggu akhirnya Dokter pun keluar. Philip segera menghampiri dan menanyakan keadaan Silvia.
''Bagaimana keadaan tunanganku Dok?''
Dokter yang nampak masih mudah itu menampilkan wajah kecewa yang membuat Philip menjadi lemas.
''Nona Silvia sudah melewati masa kritisnya tapi...''
''Tapi apa Dok?''
Dokter itu menatap Philip dengan kurang yakin.
''Benturan di kepalanya mempengaruhi susunan sarafnya, jika Nona Silvia sadar. Kemungkinan besar ia akan lumpuh.'' Dokter itu menjelaskan dengan kalimat umum agar pria yang nampak kacau di depannya bisa sedikit mengerti,
Philip tercengan, tidak mungkin bidadari itu menjadi...
''Lumpuh?''
''Iya Tuan.''
''Apa ia bisa sembuh?'' Philip belum menyerah. Rasa-rasanya ia masih tidak percaya jika wanita yang dengan mudah membuatnya berpaling dari wanita manapun bisa sekarat seperti ini.
Semua salahnya!
Andai ia tidak terlalu memikirkan dirinya dan segera pulang melihat Silvia, semua tidak akan separah ini. apalagi Silvia masih sangat muda, keadaan lumpuh hanya akan membuat wanita itu menderita.
''Meski kemungkinan sembuhnya sangat kecil, Nona Silvia masih memiliki kesempatan.''
++++++

"Apakah kau tahu penyebab luka di kepala Silvia? Kau tahu siapa yang sudah melakukan ini?''

James sudah menduga jika Philip pasti akan menanyakan penyebab bagaimana Silvia bisa menjadi sekarat begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

James sudah menduga jika Philip pasti akan menanyakan penyebab bagaimana Silvia bisa menjadi sekarat begini.
Ada satu nama yang ia curiga, seorang wanita yang bekerja sebagai Pelayan di rumah mewah itu, Lawrence, wanita yang membuat Silvia merasa terusik hingga Silvia merasa wajib untuk memberi Pelayan itu sedikit 'hadiah'. Lawrence pasti sangat dendam dengan Silvia. Wajar saja, Silvia terlalu angkuh untuk ukuran wanita yang rela telanjang demi uang.
''Hmmm saya tidak begitu yakin Tuan.'' Jawab James dengan menunduk. Ia sudah memeriksa kediaman Adler, lokasi dimana Silvia terluka dan Lawrence tiba-tiba saja menghilang. Kondisi kamar Silvia bahkan sangat kacau jelas sekali jika seseorang telah mencuri beberapa perhiasan Silvia.
''Tapi saat saya memeriksa keadaan kamar Nona sangat berantakan. Laci tempat perhiasannya banyak yang terbuka.
''Bagaimana dengan Pelayang lainnya?''
Akhirnya Philip menanyakan hal yang kini menjadi kecurigaan besar James. Namun ia hanya bungkam.
''Kau tak menjawabku James.'' Desis Philip.
''Maafkan saya, tapi sya tidak yakin karena semua Pelayan segan dengan Nona. Apalagi Nona meminta untuk tidak diganggu jika berada di rumah.'' Terang James.
''Dan kenapa pula Silvia harus merasa diganggu? Apa ada Pelayan yang kurang ajar padanya?''
''Maaf Tuan, sama sekali tak ada.''
''Lalu maksud omonganmu itu apa James? Kau pikir aku akan percaya dengan penjelasanmu itu.'' Philip mengernyitkan hidungnya dan memberikan gerakan tangan agar James segera keluar.
''Secepatnya cari penyebab Silvia jadi begini.''
''Apa sebaiknya kita menghubungi Polisi?'' Tawar James yang malah membuatnya menyesal. Sebab Philip malah menertawainya dan menganggap apakah James sebegitu tidak bergunanya
+++++

''Arghhh sial!'' Umpat James. Sunggu mengapa Philip bersikap seolah James'lah yang paing bertanggung jawab, padahal tidak begitu mengherankan jika wanita macam Silvia punya banyak musuh.
''Hufff, baiklah aku akan segera mencari Pelayan sialan itu.'' Tekad James sudah bulat jadi dengan sekuat tenaga ia mengendalikan dirinya sekarang.
++++
Sementara itu di sebuah tempat nampak seorang pemuda yang tengah menari tali kekang kudanya sambil berjalan melintasi tanah lapang yang hanya ditumbuhi oleh semak belukar pada setiap sisi kiri dan kanan.
Dari jarak pandang yang cukup jauh matanya menangkap sesosok wanita kurus yang berjalan dengan terseok berjalan e arah bangunan tua yang ta berpenghuni.
Siapa dia? Tanya laki-laki dalam hati.
Bukannya ia berpikir buruk, namun bangunan itu masih ada hubungan kepemilkan dengan Pamannya yang kaya raya. Ia sama sekali tak ingin nama baik Pamannya rusak karena wanita misterius itu.
+
+
+
Bersambung

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang