SEMBILAN BELAS

3.2K 104 0
                                    

Puter Mulmednya ya 😂😂

+
+
+

Silvia tidak akan pernah menyadari bagaimana dirinya telah banyak berubah. Dulu ia merupakan gadis polos yang senantiasa dibuat bingung dengan perlakuan yang ia terima. Mungkin itu pula yang membuat Silvia menjelma menjadi ular betina seperti sekarang.

Tak ada yang tahu seperti apa nasib Silvia setelah diadopsi oleh pasangan muda itu. Ternyata mereka memiliki seorang bayi perempuan yang cantik. Bahkan Silvia begitu sering tersisihkan dari adik angkatnya itu. Bahkan Silvia lebih sering diperlakukan seperti pelayan saja.

Setiap ibu angkatnya berbicara maka sudah dipastikan hanyalah perintah yang diberikan pada Silvia. Entah membersihkan rumah, mencuci piring, dan menjaga adik angkatnya yang masih bayi.

Silvia merasa sangat bersyukur. Sebab keluarga barunya itu mau menyekolahkannya. Walau sekolahnya biasa-biasa saja. Setidaknya Silvia bisa menemukan teman-teman yang bisa lebih padanya.

Salah satunya adalah Lucas, seorang bocah yang begitu perhatian. Diantara banyak anak di sekolahnya. Lucas lah yang paling sering menunjukkan perhatian pada Silvia. Bukan tanpa alasan Lucas memerhatikan Silvia. Mainkan bocah itu tertarik pada Silvia yang memiliki wajah serupa dengan Barbie adiknya di rumah.

"Silvia ini untukmu. Momku baru saja dari luar negeri. Dia memberikan aku coklat. Kau suka coklat kan?" Tanya Lucas dengan polos.

Silvia mendonggak menatap Lucas. Lalu memandang coklat yang terulur padanya. "Kau yakin?"

"Yakin apa?"

"Coklat itu untukku?"

Silvia menatap Lucas dengan tidak yakin.

"Tentu saja untukmu."

Makin lama kedekatan mereka terjalin hingga antara Lucas dan Silvia sudah bagaikan sahabat yang lama mengenal. Silvia tidak lagi merasa canggung bila Lucas memberikannya hadiah kecil. Mereka pun sering menghabiskan waktu untuk belajar bersama. Lucas adalah murid yang cerdas. Ia cepat tanggap terhadap materi yang diberikan oleh guru. Lain halnya dengan Silvia yang memang lambat dalam menyelesaikan soal-soal pelajaran.

Dengan sabar Lucas selalu menyempatkan waktu untuk membantu Silvia mengerjakan tugas yang dianggap sulit oleh gadis itu.

Hingga suatu hari Lucas tak lagi melihat Silvia datang ke sekolah. Sehari, dua hari, hingga seminggu lamanya. Tak ada kabar dari orang tuanya. Lucas merasa sangat khawatir. Tanpa sepengetahuan siapapun Lucas mendatangi kediaman keluarga angkap Silvia.

Di sekolah hanya Lucas seorang yang tahu latar belakang Silvia dan bagaimana menderitanya gadis itu sewaktu di panti. Jelas dengan Silvia yang tiba-tiba-tiba menghilang jelas membuat Lucas tergelitik untuk mencari tahu.

Di sinilah ia. Di depan sebuah rumah sederhana yang berlantai dua. Suasana begitu hening. Namun keberadaan sebuah sedan putih di depan rumah itu memberikan Lucas keyakinan jika di dalam ruangan itu ada orang dan bisa saja Silvia juga ada di sana.

Lucas membuka gerbang pagar besi dan berjalan makin dekat ke rumah. Tiba ia di depan pintu. Pintu itu tidak tertutup rapat. Hingga sekali Lucas menyentuh, pintu itu terbuka.

Tiba-tiba saja sebuah suara desehan terdengar. Lucas tidak tahu suara apa itu. Seperti suara mulut yang dibungkam dan ditahan. Lucas dijalari rasa khawatir yang kuat.

Apa Silvia baik-baik saja?

Lucas memasuki rumah itu tanpa suara. Sebuah tindakan yang tak pernah diajarkan oleh orang dewasa sekitarnya dalam bersopan santun. Namun Lucas mengabaikannya. Ia merasa perlu melakukan hal itu untuk....

Astaga!

Apa yang kini dilihatnya? Lucas merasa seluruh tubuhnya dijalari es yang membuatnya jadi kaku. Ia hanya bisa membulatkan mata dan mulutnya. Sungguh ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Silvia dalam keadaan polos dengan kedua tangan diikat kebelakang punggungnya dan mulut yang dibungkam dengan plester.

Serta...

Pria yang Lucas kenali sebagai sosok yang pernah mengantar Silvia ke sekolah, tengah nampak sibuk menekan tubuh Silvia dari belakang. Pria nampak memejamkan matanya sambil mendesahkan nama Silvia.

Silvia hanya menangis dengan lemah. Apalagi saat mata Silvia yang memerah bertatapan dengan mata syok Lucas. Hanya dua manusia seumuran itu yang saling menyadari keberadaan mereka.

Silvia yang nampak begitu tersiksa dan mengenaskan.

Serta Lucas yang membeku. Tak bisa melakukan apa-apa, bukan tidak bisa. Bocah itu hanya bingung harus berbuat apa-apa. Selain meninggalkan Silvia dan tak pernah lagi mencari tahu keadaan gadis malang itu.

++++

Silvia tidak pernah terlalu berharap pada nasibnya yang selalu saja membuatnya menderita. Bahkan ketika ayah angkatnya dengan tega melecehkannya. Bukan hanya sekali. Tiap kali ibu angkatnya keluar maka pria brengsek itu akan mengendap bagaikan rampok dalam rumahnya sendiri untuk meniduri gadis itu.

"Hikss jangan Paman." Silvia menggunakan tangan kecilnya mendorong tangan pria itu yang berusaha melepas pakaiannya.

"Shhhh diamlah atau aku akan mengembalikanmu ke panti itu?"

Kemudian Silvia diam. Gadis itu hanya mengeluarkan air mata tanpa menyuarakan protes.

Sudah beberapa hari ini ia tak ke sekolah. Adik angkatnya harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya banyak. Karena tak bisa membiayai keduanya sekaligus. Orang tua angkatnya memutuskan untuk memberhentikan sekolah Silvia.

Sejak itulah Silvia merasa jika semesta tidak pernah mau memihak padanya. Kesedihan yang datang beruntung. Pikirnya diperlakukan bagai pelayan namun disekolahkan adalah satu-satunya hal yang sangat disyukurinya. Tapi kini? Silvia bagaikan berjalan dalam belantara yang mengharuskannya untuk mengahadapi berbagai rintangan yang menyiksanya dengan pelan. Sampai-sampai Silvia merasa ingin mati saja.

Dia diperkosa pada malam ibu angkatnya menjaga anaknya di rumah sakit. Saat melihat ayah angkatnya pulang dan meminta agar Silvia menyiapkan keperluan menginap di rumah sakit.

Saat itu pula kegadisannya terenggut. Di malam yang dingin dan sepi.

Di malam Silvia teringat Lucas.

Di malam yang terasa mengerikan.

Dan malam yang merubah sosok Silvia menjadi pribadi yang lain.

+
+

Bersambung

Vomentnya dong... 😂😂

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang