Kalau kalian merasa cerita ini aneh atau ada bagian yang mengganjal bilang saja ya. 😄
Ini pure karya saya. Ketikan tangan saya dan wujud dari imajinasi saya.
Anne tidak lagi melihat Silvia dan John sepanjang sisa acara hingga selesai. Dan ia tidak ingin mencari tahu kemana sahabat dan pria yang dikaguminya.
Dalam hati Anne meringis. Menyesalkan tindakan Silvia yang seolah tidak menyadari jika Anne ada hati dengan pria yang menyapanya dengan senang tadi malam.
Tidak ada gunanya ia menyimpan kesal pada Silvia. Wanita itu sahabatnya dan tak ada alasan bagi Anne untuk menyimpan dengki. Bukan salah Silvia jika John yang Anne puja lebih memilih Silvia.
Anne harap hubungan atau ketertarikan khusus yang dimiliki oleh Silvia dan John hanya sementara. Sebagaimana Silvia akan mengganti teman kencannya. Sehingga ia bisa bersabar untuk menunggu John. Ya, dia masih saja berharap.
Di meja makan seperti biasa sang ayah sudah duduk sambil menyantap setangkup roti dan kopi hangat. Ayahnya nampak sibuk dengan koran paginya.
Masih pagi memang dan Anne sama sekali belum pernah tidur lantaran mengingat kemungkinan besar Silvia dan John sedang bersama.
"Pagi Dad."
Sapa Anne sambil menarik kursi di dekat ayahnya.
Philip hanya mengangguk sekilas sambil membalas sapaan putrinya. Kening Philip mengerut saat mendapati di bawah mata Anne terdapat lingkaran hitam yang samar.
"Semalam kau dari mana? Tanya Philip sambil melipat koran paginya, berganti dengan menatap putri semata wayangnya itu.
"Biasa, salah satu teman kuliahku mengadakan pesta di sebuah club' dan yah Daddy tahu sendiri kan bagaimana anak muda."
Jawab Anne santai sama sekali tidak menyadari jika wajah Philip berubah.
"Oh ya? Apa sahabatmu itu juga ikut?"
Tanya Philip sambil masih menatap Anne. Ia tahu bagaimana Silvia dan apa saja yang bisa dilakukan wanita itu jika sudah menentukan keinginannya.
"Ahhh maksud Dad Silvia? Ya dia memang datang, tentu saja. Yang mengadakan acara itu kan salah satu pria tertampan di kampus kami dulu."
Philip merasakan emosinya naik seketika. Bagaimana bisa Silvia meninggalkan apartemennya tanpa mengatakan apa-apa padanya?
Oh tentu saja dia bisa Philip. Kau memelihara seekor kucing liar yang susah diatur. Meski sudah diberikan tempat yang istimewa dan kebutuhan yang mewah tetap saja kucing liar itu akan mengikuti instingnya.
"Baiklah aku pergi dulu." Ujar Philip setelah lama termenung dan mengecup puncak kepala Anne.
Anne hanya mengangguk sambil melahap roti keduanya. Ya, tidak tidur semalaman ternyata menguras banyak tenaga. Padahal yang ia lakukan hanyalah melamun.
____
Saat sudah jauh dari pandangan Anne, Philip membuka ponselnya dan menghubungi seseorang yang ia percaya.
"Halo."
"Ya tuan Adler?"
"Segera cari informasi tentang kegiatan Silvia sejak kemarin pagi. Dan pastikan orang suruhanmu mengawasi Silvia dengan benar. Jika kau tidak tahu. Silvia pergi tanpa sepengetahuanku."
Philip mematikan panggilannya setelah mengutarakan perintahnya. Hatinya jadi tak tenang. Meski sudah tahu, tetap saja dadanya berdenyut kala memikirkan apa yang sedang Silvia lakukan dengan pria yang dimaksud Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Princess ---END---
General FictionPart masih lengkap. Dia cantik bagaikan putri dalam dongeng. Namun sayangnya hidupnya tidak mudah seperti Cinderella yang berakhir dengan pangerannya. Dia juga tidak memiliki hati yang baik seperti Belle yang mampu menerima tanpa memandang fisik. D...