DELAPAN

6.3K 156 0
                                    

"Silvia Clarice apa yang sudah kau lakukan pada Anne?" Bentakan Philip membuat Silvia meletakkan majalah fashion yang dibacanya dan menatap Philip lekat-lekat.

Lagi, pria itu membentaknya.

Silvia tidak suka jika pria itu mulai memberikan nada tinggi padanya. Meski ia suka saat pria itu mengucapkan kalimat kotor saat makin love. Bukan berarti Silvia juga suka mendengarnya dalam keadaan normal meski Philip sebenarnya tidak menggunakan kalimat kotor.

"What? Anne again? I'm really bored to heard that, Mister Adler." Tekan Silvia pada dua kata terakhir.

"For god's shake. She is my daughter Silvia!" Kali ini Philip merasa jika Silvia sudah begitu keterlaluan. Bagaimana bisa ia mengusir Anne dari rumahnya sendiri. Philip sudah mendengar laporan dari Lawrence jika Silvia meminta agar barang-barang Anne dibuang dan soal Silvia yang menghina putrinya. Ia bahkan memaki James yang sama sekali tidak menghubunginya soal kedatangan Anne. Namun malah Lawrence yang mengatakan padanya itupun baru malam hari saat Philip sudah begitu lelah dan rindu pada Silvia.

Tapi mendengar bagaimana tingkat Silvia selama ia tak ada -- rasa rindunya hilang. Berganti dengan emosi yang entah mengapa mulai meredup saat Silvia kini menatapnya dengan wajah memelas.

"Lawrence yang berkata jika aku begitu? Kau lebih percaya pada pelayan itu dari pada aku? Sahabat Anne? Astaga..."

Wajah Silvia memerah -- seolah ingin menangis-- membuat Philip tidak tega iapun menarik tubuh Silvia ke dalam dekapannya.

"Shhh tenanglah, tentu saja aku percaya padamu."

Bodoh. Umpat Philip dalam hati. Bagaimana mungkin ia bisa percaya pada Silvia -- titisan Dewi yang berwatak iblis?

Philip melepaskan pelukannya dan menyentuh rahang lembut Silvia.

"Katakan apa yang sebenarnya terjadi honey?"

Lalu Silvia mulai mengarang sebuah cerita yang tidak nyata. Ia bahkan meyakinkan Philip dengan air mata buayanya.

++++++++++

Sementara itu Lawrence yang sengaja mengikuti Philip untuk mencuri dengar obrolan pria itu dengan simpanannya hanya bisa menahan geram.

Bagaimana bisa Philip bisa sebuta itu?
Atau dia bukannya buta, tapi dia terlalu bodoh.

Philip jelas sudah termakan dengan cerita palsu Silvia. Bahkan pria itu malah menghibur Silvia dengan mengatakan akan memperbaiki keadaan kacau ini.

Lawrence yang melihat untuk pertama kalinya sang tuan menunjukkan kasih sayangnya pada seorang wanita --mau tak mau membuatnya cemburu. Bahkan dulupun saat tuan besar itu memanggilnya diam-diam ke kamar mewah -- milik pria itu-- untuk mencuri kenikmatan, Lawrence tidak pernah melihat Philip berlaku selembut itu.

Tentu saja.

Kau hanya seorang pelayan dengan wajah biasa yang kebetulan menarik pria sesempurna Philip.

Sedangkan Silvia?

Tidak perlu melebih-lebihkan tapi wanita itu memang sempurna dari segi fisik. Rambutnya berwarna emas, matanya yang biru keabu-abuan, hidungnya yang mancung kecil, tingginya yang bagaikan model catwalk, Lawrence bisa menebak jika dada dan bokongnya yang besar itu pasti bagian favorit dari Philip Adler.

Mata Lawrence membulat kala melihat Philip yang awalnya mencium Silvia -- kini tengah menurunkan kerah blouse Silvia untuk menunduk mencecap bahu Silvia.

Segera saja Lawrence pergi. Ia tak sanggup melihat Philip yang dicintainya akan menyetubuhi perempuan murahan itu.

++++++++++

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang