LIMA BELAS

3.4K 109 4
                                    


+
+
+

James William

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

James William

++++

Lawrence memeluk tasnya dengan erat. Ia harus menjauhi kediaman Adler sebelum mereka menyadari jika ia telah mencelakai Silvia, berulang kali sebuah bisikan memaksanya untuk kembali dan menolong pelacur itu. Tapi Lawrence menepis hal tersebut, jika ia kembali yang ada ia akan menerima balasan yang lebih kejam dari Silvia.

Kakinya yang lelah tetap berayun dengan cepat. Hingga ia tiba di sebuah halte Bus. Belum begitu larut hingga ia bisa menanti Bus berikutnya. Untungnya Bus segera tiba tak lama kemudian. Lawrence menaiki Bus yang begitu sepi dengan penumpang. Sedikit takut, namun lagi-lagi ia menepisnya.

Tubuh Lawrence sudah basah dengan keringat. Ia nampak seperti habis kehujanan. Salah seorang penumpang wanita paruh baya menyapanya.
''Kau tidak apa-apa?'' Lawrence mengangguk dengan cepat.

Meski curiga wanita yang duduk di sampingnya itu tak bertanya apa-apa lagi.
Lawrence sudah memikirkan kemana ia akan pergi, Lawrence tak begitu banyak mengetahui tempat yang bisa ia jadikan tempat persembunyian. Tapi tidak ada salahnya ia mencoba.

Sebuah rumah tua kuno yang nampak terlantar. Letaknya agak terpencil dan sangat jarang ditemui rumah di sekitarnya. Itu bagus, semakin sedikit yang tahu ia di tempat itu maka semakin baik baginya.

Rumah itu merupakan salah satu properti Adler yang keberadannya tidak diketahui banyak orang. Ia pun bisa tahu karena Lawrence mengingat jika dulu Ibunya pernah membahas sebuah rumah besar yang tak terawat. Ibunya juga pernah membawanya kemari. Meski sudah sangat lama, Lawrence masih ingat dengan baik.
Wanita itu menarik knop yang nyaris lepas dari daun pintu, saat ia melihat isi rumah itu, Lawrence tidak begitu kaget dengan isinya yang penuh debu dan beberapa prabot yang rusak karena tak terpakai.
++++++

At Night's Club
Philip membanting sebuah kertas tebal di depan seorang pemuda tampan yang nyaris memiliki wajah yang sama dengannya.
''Apa ini?''
''Kau bisa mencari tahunya sendiri Josh.'' Ucap Philip dengan kasar.

Pria yang bernama Philip itu hanya mengangkat bahu lalu memeriksanya.
''Oh God, kau akan menikah Paman?'' Seru sosok yang tak bukan adalah keponakan Philip, anak bungsu dari sepupunya, Matheo Adler.

''Ya, aku akan menikah.'' Jawab Phlip kemudian menelan vodkanya. Philip merasa ia harus sedikit merilekskan pikirannya. Meski hampir setiap hari Silvia melayaninya, ia merasa perlu untuk sendiri sebentar walau akhirnya gagal karena keponakannya itu malah memergokinya dan memaksa untuk ditraktir alkohol.

''Tapi dengan siapa? Bukankah Paman memiliki seorang istri.''
Philip memutar kepalanya menghadap Josh. Ia menatap keponakannya yang nampak begitu lugu saat bertanya. Pantas saja jika diusianya yang hampir tiga puluh tahun Josh masih saja menyandang status single meski suka bermain dengan wanita. Pria itu terlalu pendek akal.

''Aku bisa bercerai. Kau tahu pasti aku bisa melakukannya.'' Nyali Josh menciut mendengar kata-kata Philip yang seolah mengancamnya untuk tidak terlalu ikut campur.

''Bagaimana rupa calon istri Paman?'' Tanya Josh mencoba mencairkan suasana, pemuda itu hanya menggengam gelas kecilnya yang berisi cairan alkohol tanpa menyesapnya sedikitpun, Josh perlu kesadaran penuh untuk mengorek informasi dari Pamannya itu.

''Hmm rupa wanitaku ya.'' Gumam Philip dengan suara serak. Ketenangan Philip berubah dengan senyum kecil yang terbit di bibirnya. Mata philip terpejam, disesapnya isi gelasnya kecilnya dan mulai berbicara.

''Silvia.. Dia wanita yang luar biasa, rambutnya berwarna pirang, ia tinggi, ramping dan kedua bulatannya yang sangat pas di tanganku.''

Josh mengernyit mendengar pernyataan Pamannya. Yang Philip sebut tadi hanya tampilan fisik wanita itu yang sudah pasti tidak sulit untuk menemukan hal itu dari wanita lain. Josh bisa menebak jika wanita itu pastilah masih sangat mudah.
''Kau yakin Paman?''

''Ohh aku bahkan mempertaruhkan anak yang sudah kurawat sejak bayi Josh.''
Seketika Josh mengingat sepupu kedua kalinya yang polos itu, bagaimana dengan nasib Anne? Dia harus mencari. Menilik dari ekspresi Philip yang mengeras, Josh pasti akan dipukul jika kembali bertanya.
+++++

James yang sibuk mengarahkan barang-barang Silvia tiba-tiba merasa tak enak, beberapa pelayan pasti sibuk untuk melaksanakan tugas tak masuk akal yang diberikan oleh calon Nyonya Adler itu. Silvia pasti sendirian sekarang.
''Kau mau kemana?'' tanya rekannya.
''Aku harus memeriksa keadaan Nona Silvia dulu.''

''Apa dia yang memanggilmu?''

''Tidak.''

''Ahhh apa jangan-jangan kau terpikat pada pesonanya? Huhh aku tidak tahu mengapa, mungkin karena pesonanya yang luar biasa itu. lagipula Tuan tidak akan meliriknyakan andai Nona cantik itu tidak memiliki aura perusak."

James tak tahu apa yang tengah merasuki dirinya hingga kepalan tangannya terangkat menghantam wajah pemilik yang baru saja menghina Silvia, dan James juga tidak bisa menahan diri untuk tidak melancarkan pembelaan untuk Silvia.
''Jangan mulutmu, kau beruntung aku bukan Tuan Philip.'' Kata James penuh teka-teki lalu meninggalkan bagasi yang penuh dengan barang Silvia yang akan mereka bawa ke kota.

James mengedarai mobil dengan kecepatan yang nyaris membuatnya terbang. James tidak tahu menapa yang jelas ia begitu khawatir dengan Nona itu, apalagi semenjak wanita itu memintanya untuk memerkosa salah seorang Pelayan yang katanya menggoda Philip. Hal yang tak mungkin James lakukan, sudah pasti karena ia seorang gay, sekalipun ia melihat wanita polos di atas ranjangnya James tidak akan terpengaruh, namun ia terlalu sungkang untuk menolak keinginan wanita cantik itu, jadi dia meminta salah seorang kenalannya yang melakukan tugas itu tanpa diketahui oleh Silvia.

Rumah mewah itu nampak begitu lenggang. Sesekali James mengedarkan pandangannya untuk mencari tahu keberadaan dua orang yang sangat ingin ia ketahui saat ini. Calon istri Tuannya dan pelayan Tuannya. James memutuskan untuk memeriksa ke lantai dua. Buru-buru ia bahkan melompati dua sampai tiga undakan tangga.

Hal yang ia lihat adalah di ruang tengah nampak sesosok wanita yang biasanya begitu sensual di matanya kini tergolek dengan darah di sekitar kepala hingga menghilang ke balik punggung Nona muda itu.
+
+
+
Bersambung

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang