SEBELAS

3.4K 118 0
                                    

Ketika matanya tertuju pada bibir Philip yang merah karena tidak pernah menyentuh rorok ---ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengusik Philip dengan menyentuhkah bibir mereka.
+++++
Saat Silvia akan melepaskan pagutannya. Secara tiba-tiba tubuh terasa terarik dengan kencang hingga ia telentang di atas tubuh Philip.

''Sudah bangun Mr. Pervert?''
Tanpa membuka mata senyum di bibir Philip terbit bahkan ketika pria itu mulai berbicara suara seraknya terdengar begitu menggoda Silvia.
''Kupikir kau masih lama.'' Wanita itu mendengus saat bukannya menjawab Philip malah menekan bokongnya agar bagian sensitiv mereka makin rapat.

''Lepaskan aku!'' Rontaan Silvia membuat Philip akhirnya dengan berat hati melepaskan tubuh lembut Silvia.
Silvia menuruni ranjang dan berdiri untuk menyibak tirai jendela. Philip sedikit mengumpat dengan pencahayaan yang mengejutkan matanya yang baru bangun. Sebelah lengannnya menutupi kedua matanya.

''Sejak kapan kau datang?''
Meski gengsi Silvia tetap mengajukan pertanyaan itu.
''Subuh tadi, dan bisa tolong tutup tirainya? Aku masih ingin tidur.''
Perkataan itu membuat Silvia membulatkan matanya.
''Jika kau mau tidur ya silahkan kembali ke kamarmu pemalas!''
Philip bangun dan mengacak rambutnya dengan kesak. Tidak biasanya wanita itu banya protes diluar aktivitas mereka di ranjang.

''Baiklah aku kembali ke kamarku.''
Silvia bergegas membersihkan diri dan menemui seseorang. Setelah merasa dirinya sudah cukup menarik seperti biasa Silvia keluar kamar dan mengintip Philip yang sudah kembali tidur dengan posisi tengkurap setelah mengganti pakaiannya dengan piyama katun.
''Bagus dia masih tidur.'' Mata Silvia memancar jahat. Bukan hanya Anne yang akan dia singkirkan, tetapi pelayan rendah itu juga.
James muncul dengan busana kasualnya, jika sedang santai begitu James nampak seperti model tampan yang tak sengaja tersesat di dalam Mansion mewah Philip.
''Selamat pagi Nona.'' Sapa James dengan wajah menunduk. Tidak biasanya Nona cantik itu memanggilnya, biasanya Silvia akan meminta James berjaga di luar dan meminta pria itu mengerjakan hal yang tidak bisa dilakukan Silvia saat wanita itu tidak bisa kemana-mana.
''Aku perlu bantuanmu.'' Senyum Silvia begitu menakutkan jika James jabarkan seperti tokoh jahat dalam drama yang biasa ditonton teman wanitanya saat sekolah dulu.

++++++
''Hai Lawrence.''
Pelayan itu nampak kaget melihat keberadaan Silvia yang tiba-tiba muncul di dapur.
''Ada ada Nona?''
''Bisakah kau membawakanku jus jeruk di taman belakang?''
Melihat Silvia yang sudah bisa berdiri dengan angkuhnya Lawrence jika efek obat yang diberikannya sudah hilang.
Sekarang ia harus menyembunyikan sikapnya yang seolah takut untuk ketahuan. Tidak—ia sangat takut malah. Lawrence tak menyangka ia akan segugup ini.
''Baik Nona.''
Silvia pun melenggang pergi, namun bukan ke taman belakang, melainkan memastikan Philip akan berada dalam kamar selama mungkin.
+++++

Lawrence berulang kali mencari dimana sosok wanita arogan yang tadi meminta untuk dibuatkan jus. Tapi Wanita itu tidak ada sama sekali, bahkan tidak ada siapapun di sana. Mungkin sang Nona melakukan hal lain dulu sebelum ke taman belakang.

Saat ia akan menaruh jus itu pada meja kecil tiba tiba saja seseorang memeluknya dari belakang dan mengoyak seragam pelayannya dari depan.
''Argghhh lepas!'' Sebagai bentuk perlawanannya Lawrence meronta dan menjerit sekeras mungkin meski ia ragu jika waktu begini akan ada yang mendengarnya.
''Diam!'' Bisikan itu begitu mengancam dan memaksa.
Lawrence meronta. Menggerakkan kakinya tapi kekuatan sosok yang memeluknya sama sekali tidak terpengaruh.
Wanita itu merasa tubuhnya dibalik kemudian dibanting di atas kursi panjang dengan keras. Lawrence melihat sosok pria besar yang mengenakan tudung di wajahnya duduk diantara kedua pahanya dan mencengkram paha putih Lawrence hingga memar.
''Lepaskan aku brengsek!'' Meski ia mengumpat wajahnya dialiri dengan  air mata.
Lawrence bukan wanita suci, tapi ia tidak akan sudi diperlakukan sehina itu. dipaksa melayani pria yang wajahnya sama sekali tidak ia kenali.
''Tolong jangan!''' Suara Lawrence mulai melemah saat pria itu merobek pakaiannya hingga kancingnya terlepas.
Pria itu diam sejenak menatap kedua dada Lawrence yang sangat menggoda dalam balutan bra yang nampak kekecilan untuk dadanya yang besar. Saat itu Lawrence menatap mata pria yang wajahnya ditutup tudung hitam. Sayangnya Lawrence tak bisa mengetahui siapa orang itu, terlebih Lawrence yang belum bisa  memastikan pria itu sudah menunduk untuk menjilati lekukan dada Lawrence dengan buas. Kedua tangan pria itu menahan pergelangan tangan Lawrence di sisi kepala wanita itu.
''Aku mohon jangan.''
++++++
Lawrence ditinggal saja oleh sosok itu ketika berulang kali mengoyak inti Lawrence dengan kasar.. Wanita itu hanya terdiam dengan mata kosong seakan jiwanya sudah hilang saat pria itu memaksakan miliknya untuk menerobos inti Lawrene.
Ia masih keberuntung karena salah seorang pelayan yang tak sengaja menemukannya.
''Ya ampum Lawrence.'' Pekikan prihatin itu membuatnya semakin tidak bisa memikirkan apa-apa selain diam dengan bibir yag mengerucut sedih.
Pelayan lainnya segera membong Lawrence yang berkalan sambil menyeret kakinya saat tiba di dalam mansion keadaan Lawrencen yang membuat siapapun miris itu dilihat oleh Philip.
Pria itu mengernyit  sebelum bertanya.
''Ada apa dengan dia?'' Tanyanya sambil menatap pakaian Lawrence yang sobek dan beberara bagian tubuhnya memar, serta wajah yang sangat kuyu. Philip merasa wanita itu seperti habis diperkosa saja.
''A..anu kami juga tidak tahu Tuan, kami menemukan Lawrence begini di kursi taman belakang . kupikir dia...'' Pelayan itu akan mengatakan jika ia mengira bahwa Silvia meminta Lawrence untuk keluar mencari buah alpukat dan membuat semua orang sibuk hingga tak ada yang kepikiran untuk mencoba ke taman belakang namun saat Silvia berjalan ke arah mereka pelayan itu bungkam dan menunduk.
''Ada apa ini?'' Silvia mengulang pertanyaan Philip.
''Entahlah, sepertinya terjadi sesuatu dengan dia.'' Balas Philip.
''Oh astaga.'' Silvia menutup mulutnya dengan shock tapi baik para pelayan dan Philip sendiri ahu jika Silvia tidak benar-benar bersimpati.
''Hmm Philip apakah kau melihat James?''
Philip hanya menatap Silvia dengan tatapan yang penuh arti, ia tahu jika Silvia sudah menugaskan James untuk sesuatu dan Philip tidak ingin mencari tahu.
''Aku tidak tahu.'' Kata Philip lalu segera pamit ke kantor.

Bersambung

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang