SEPULUH

3.9K 118 3
                                    

I know you say you know me, know me well
But these days I don't even know myself, no
I always thought I'd be with someone else
I thought I would own the way I felt, yeah

I call you but you never even answer
I tell myself I'm done with wicked games
But then I get so numb with all the laughter
That I forget about the pain

Whoa, you stress me out, you kill me
You drag me down, you fuck me up
We're on the ground, we're screaming
I don't know how to make it stop
I love it, I hate it, and I can't take it
But I keep on coming back to you

Back to You - Louis Tomlinson

+++++++

Dengan keengganan Silvia akhirnya menemui Anne yang berada di rumah Frank. Ia sengaja memilih waktu sore hari dengan harapan ia tidak harus melihat wajah sombong pria yang pernah menolaknya.

''Hai Anne.'' Syukurnya saat berada di pagar rumah Silvia bisa melihat Anne yang nampak sibuk dengan seorang gadis kecil.

Anne menatapnya tidak suka lalu meminta gadis kecil itu untuk masuk meski bingung gadis itu tetap masuk untuk memberi ruang Anne berbicara dengan sosok glamour itu.

''Ada perlu apa kau?'' Anne merasa tidak ada alasan baginya untuk berpura-pura baik pada Silvia.

''Jangan sinin begitu. Aku ini sahabatmu.'' Silvia berujar sambi mendekati Anne.
''Kau tak mau menawarkanku masuk?''
''Ini bukan rumahku Silvia, jadi maaf saja aku tak bisa menjadi tuan rumah yang baik.''

Silvia menatap Anne dari atas hingga ke bawah. Wanita itu terlihat mengenakan baju yang begitu kekecilan, membuat dadanya yang bulat terlihat sesak dan mencetak lekuk pinggangya yang kecil.
''Kau pasti tidak mampu membeli pakaian yah?'' Seringai Silvia pada Anne, membuat Anne melotot ke arahnya. ''Ah tidak usah marah begitu sahabatku, kau tahu sebagai orang yang sudah lama mengenalmu aku tidak akan setega itu membuatmu susah. Ingat tak ada namanya mantan teman.''

Silvia membuka tas mahalnya dan memberikan Anne sebuah benda yang mirip dengan kartu.
''Untukmu.'' Kata Silvia mengulurkan benda itu.
Meski bingung Anne tetap menerimanya.
''Itu milikku. Kau bisa memakainya semaumu.''
Anne mendengus.
''Memberikanku apa yang kau dapat dari Dad? Benar-benar hebat kau.''
Silvia tersenyum, sama sekali tidak tergoda dengan hinaan putri Philip.
''Jangan khawatir Anne, Daddymu sudah memberikanku black card.''
''Apa?'' Wajah Anne begitu kaget mendengar pengakuan Silvia.
''Kaget ya karena kaupun tidak pernah mendapatkan itu dari  pria tua itu?'' Silvia memasang wajah prihatin yang palsu.

''Kau benar-benar tidak tahu malu. Beraninya kau melakukan ini!''

''Owhhh easy dear. Kalau kau mu aku bisa membujuk Daddy untuk memberikanmu juga. Saat kami berada di ranjang...''

Anne meninggalkan Silvia sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya.

''Bodoh.'' Gumam Silvia meninggalkan rumah itu.

+++++

Setibanya di rumah mewah Philip ia sudah disambut dengan Lawrence di dekat pintu.

''Nona mungkin ingin makan lebih awal? Saya akan meyiapkannya.'' Suara wanita membuatnya muak. Harusnya ia mencari pekerjaan yang lebih baik dibanding menjadi seorang pelayan. Dalam benak Silvia ia merasa dirinya yang rela telanjang di depan seorang CEO jauh lebih baik dari pada Lawrence yang mau saja ditiduri oleh CEO tanpa meminta imbalan.

''Baiklah, aku juga sudah lapar. Aku akan menelpon Philip dulu.''
+++++

''Baiklah, aku juga sudah lapar. Aku akan menelpon Philip dulu.''
Cihh dia seperti seorang istri saja. Rutuk Lawrence sambil berjalan di dapur. Di saku seragamnya wanita itu menyimpan sebuah wadah kecil yang mirip dengan botol obat. Ia berniat untuk memberikan sedikit pada cream sop kesukaan Silvia.

Wrong Princess ---END---Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang