Junior menatap pemuda yang berdiri dihadapannya dengan tatapan jengkel. Berjam-jam ia pergi dari rumah tapi Mark terlihat cuek saat ia kembali kerumah. Ia pikir Mark akan mencarinya lalu menyeretnya pulang. Tapi malah sebaliknya. Mark terkesan tidak peduli padanya.
Junior membuka syalnya lalu melemparnya kearah Mark. Junior berlalu begitu saja meninggalkan Mark didepan pintu. Ia membanting pintu kamarnya sampai lukisan didinding bergoyang dibuatnya. Mark menatap syal ditangannya. Aaaa... ia mengira laki-laki yang ia lihat tadi siang adalah Junior karena mereka memakai syal dengan warna yang sama. Tapi seharusnya Mark melihat pakaian yang pemuda tadi kenakan. Jauh berbeda dengan Junior.
Tiba-tiba Mark teringat dengan penerbangannya ke Seoul besok.
"Sepertinya Jackson akan bekerja keras untuk menggantikanku" Gumamnya.
.
PRANG
Wanita peruh baya -yang masih cantik- berlari memasuki kamar anaknya saat ia mendengar suara pecahan.
"Hyunjin-ah gwaenchana?"
Pemuda berseragam SMA itu mengangguk kecil sambil menyembunyikan tangan kanannya dipunggung.
"Apa kau yakin? Omo! Pipimu kenapa? Apa kau berkelahi lagi?"
"Siapa yang berkelahi?"
Hyunjin menunduk saat sang ayah memasuki kamarnya. Laki-laki paruh baya itu menatap nyalang anaknya yang terlihat tidak baik-baik saja. Seragam sekolah yang kotor dan wajah yang babak belur.
PLAK!
"Yeobo kenapa kau menamparnya?!"
"17 tahun aku mendidikmu agar kau menjadi anak yang baik tapi kau malah membuatku kecewa! Apa untungnya berkelahi huh?! Oh kau mau mengikuti jejak hyungmu yang berandalan itu?"
Hyung? Bahkan Hyunjin tidak pernah melihat hyungnya lagi setelah ia lulus dari sekolah menengah pertama. Mereka hanya melakukan video call tiga bulan sekali.
"Jangan memarahinya terus. Kau akan semakin melukainya. Hyunjin ayo kita kebawah. Eomma akan mengobati lukamu"
"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri"
Hyunjin melewati kedua orang tuanya begitu saja.
"Lihatlah. Bahkan dia tidak menghargai ibunya"
"Yeobo tenanglah. Pemikiran anak seusia Hyunjin memang labil. Aku yakin dia berkelahi bukan atas keinginannya. Bisa saja ada murid lain yang mengganggunya. Meskipun aku bukan ibu kandungnya, setidaknya aku yang merawatnya dari kecil. Jadi aku tahu Hyunjin anak yang seperti apa"
"Ya semoga saja dengan kau yang mengasuhnya, dia tumbuh menjadi anak baik. Tidak seperti kakaknya yang sampai sekarang aku tidak tahu dimana keberadaannya"
"Aku yakin dia akan pulang. Ini rumahnya, tidak ada tempat yang lebih baik selain tempat kelahirannya. Percaya padaku"
.
Junior menatap meja makan yang kosong. Ia menghela nafas gusar. Perutnya sangat lapar tapi tidak ada makanan disini. Ia membuka kulas untuk sekedar melihat-lihat apakah ada yang bisa dimakan. Disana hanya ada bahan mentah. Ketahuilah, Junior tidak bisa memasak. Itulah sebabnya Mark sering memasak untuk mereka berdua dirumah ini.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Tertera nama sang adik dilayar ponselnya.
"Hm wae?"
"Hyung aku ingin ikut denganmu"
Kening Junior berkerut bingung. Apa terjadi sesuatu pada adiknya?
"W-wae?"
"Kau benar. Ayah hanya peduli pada keluarga barunya. Bahkan... dia menamparku"