Mark berlari menuju danau, tempat yang biasa di kunjungi Jinyoung saat sedang sedih. Ia pikir tempat ini adalah tempat menyeramkan yang seperti ia lihat di film-film. Ternyata danau ini sangat terawat. Disini ia juga melihat beberapa pasangan sedang memadu kasih. Sudah lama ia tinggal di Seoul, kenapa ia baru tahu ada danau disini? Ia terlalu sibuk berkutat dengan pekerjaan sehingga ia tidak sempat untuk sekedar jalan-jalan.
Mark melihat pemuda yang ia cari sedang duduk di bangku kayu panjang yang terdapat di pinggir danau. Kedua sudut bibir Mark terangkat. Ternyata Jaebum benar, Jinyoung pasti ada disini. Ia segera menghampiri sang kekasih.
"Jinyoung."
Jinyoung menoleh. Ia tampak terkejut. Sedetik kemudian ia kembali memasang ekspresi dingin dengan tatapan mata nan tajam.
Mark duduk di sebelah Jinyoung, memandangi danau yang cukup luas di depan sana. Sementara di seberang danau terdapat bangunan-bangunan mewah yang tak lain adalah apartemen yang baru beberapa tahun ini di bangun.
"Aku baru tahu ada tempat seindah ini disini." Mark mencoba berbasa-basi untuk memulai pembicaraan. Ia tidak pernah segugup ini berhadapan dengan Jinyoung. Jinyoung dalam mode marah ternyata sangat mengerikan.
"Aku harus memberikan imbalan pada Jaebum karena sudah memberi tahuku. Menurutmu, apa yang harusku beri?"
Tetap tidak ada respon. Ketahuilah, Jinyoung sama sekali tidak marah pada Junior, tetapi ia marah pada Mark, apapun itu alasannya. Akhir-akhir ini Mark selalu membuatnya kesal. Dan akhir-akhir ini juga Jinyoung selalu merasa kesepian, padahal keluarganya selalu di sisinya. Seperti ada sesuatu yang ia rasakan, yang ia sendiri tidak tahu apa itu.
"Hah baiklah. Aku akui ini semua salahku. Seharusnya aku memperhatikan kekasihku, bukan orang lain. Apa yang harus aku lakukan supaya aku mendapatkan maaf darimu?"
Jinyoung membuang muka. Jemari putihnya memainkan kain celana yang ia kenakan.
"Kalau begitu, aku akan mendonorkan jantungku pada saudaramu agar kau mau memaafkanku."
Sontak Jinyoung langsung menoleh, menatap Mark dengan tatapan shock. Jinyoung mulai berpikir yang tidak-tidak. Mark tidak serius dengan ucapannya kan? Mark tidak benar-benar akan mendonorkan jantungnya pada Junior kan? Jinyoung belum siap kehilangan Mark.
BUG
Mark mengaduh kesakitan karena mendapat satu pukulan di dadanya.
"Jangan bertindak bodoh! Kau pikir donor jantung itu mudah?!"
BUG
Jinyoung kembali memukul dada Mark.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"
Kali ini Mark menahan tangan yang terkepal itu kemudian menarik Jinyoung ke dalam pelukannya sambil tergelak.
"Jadi kau takut kehilanganku hm?"
Jinyoung mengangguk.
Mark melepaskan pelukannya. Ia menyeka air mata yang menetes di pipi Jinyoung. Jika orang lain saat sedang menangis terlihat menyebalkan, justru Jinyoung terlihat menggemaskan menurutnya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun, karena aku akan selalu bersamamu. Kau harus percaya padaku. Hm?"
Jinyoung kembali mengangguk dan mendapat usapan pelan di kepalanya dari sang kekasih. Mark berbaring di bangku itu beralaskan paha Jinyoung.
"Ah disini nyaman sekali. Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau tahu tempat seindah ini?"
"Apakah perlu aku mengatakannya?"