"Eungh"
"Sayang"
Jinyoung membuka matanya. Ia mengerutkan keningnya saat Mark dan Hyunjin berada didalam kamarnya. Jinyoung mengingat-ingat apa yang terjadi.
"Hyung kau tidak apa-apa?" Tanya Hyunjin.
'Jadi yang tadi itu bukan mimpi? Aku dan Junior... bersaudara?'
"Hyunjin-ah"
Jinyoung bangkit kemudian memeluk Hyunjin dengan erat. Meskipun mereka baru bertemu, tetapi Hyunjin adalah adiknya, adik kandungnya. Ia dan Hyunjin lahir dirahim yang sama. Hanya saja Hyunjin lebih beruntung darinya.
"H-hyung..."
Setelah itu Jinyoung melepaskan pelukannya. Mark dan Hyunjin sempat tertegun melihat jejak air mata di pipi Jinyoung.
"Kau menangis?" Tanya Mark. Rasanya sangat aneh melihat orang keras kepala seperti Junior menangis tanpa sebab. Bahkan Mark jarang bahkan tidak pernah melihat Junior menangis.
Jinyoung menyeka air matanya.
"Aku hanya terharu karena bisa bertemu dengan adikku"
Hyunjin mengerutkan keningnya. Kenapa hyungnya berubah aneh seperti ini? Bahkan tadi mereka mengobrol panjang lebar, tapi tidak terlihat olehnya kerinduan dari mata sang kakak. Tapi setelah ia menceritakan masalah 'kembaran', kakaknya tiba-tiba pingsan. Hyunjin menepis semua pikiran aneh dikepalanya. Setidaknya sekarang kakaknya sudah pulang dan akan ada yang melindunginya dari sang ayah yang terus memaksanya melakukan ini-itu.
"Aku sangat cemas saat Hyunjin memberi tahuku kalau kau pingsan. Kau tahu, karena kau aku meninggalkan rapat penting dikantor"
Oh sepertinya Mark salah bicara. Ia langsung mendapat tatapan sengit dari sang kekasih.
"Aku tidak memintamu" Ujar Jinyoung ketus.
"Sepertinya kau sudah baikan. Aku harus kembali kekantor. Jaga dirimu dan jangan pergi keluar sendirian. Arraseo?"
Jinyoung hanya diam.
"Kau jangan khawatir hyung. Aku akan menjaga Junior hyung"
"Aku pergi"
Setelah Mark keluar dari kamar, Jinyoung langsung menyumpah-serapahi pemuda tampan nan gagah tersebut. Entah kenapa Jinyoung jadi kesal karena ucapan Mark tadi. Mark bicara seolah ia yang menjadi penyebab rapat dikantor terganggu. Menyebalkan.
"Hyung, apa kau tidak ingin pulang kerumah?"
"Apakah boleh?" Tanya Jinyoung tanpa sadar. Namun ia segera meralat pertanyaannya.
"A-ah maksudku apa a-ayah tidak marah padaku?"
Hyunjin menggeleng. Rasanya tidak mungkin ayahnya tidak marah. Kakaknya sudah banyak melakukan kekasalahan yang sangat fatal. Namun Hyunjin juga sering melihat ayahnya termenung sambil memandangi foto Junior.
"Aku rasa... ayah merindukanmu hyung"
Jinyoung senang mendengarnya. Namun setelah menyadari siapa dirinya, senyuman diwajah Jinyoung memudar. Hyung yang dimaksud Hyunjin adalah Junior, bukan dirinya. Tidak mungkin ayahnya merindukannya. Kalau ayahnya menyayanginya, kenapa dulu ia dibuang? Bukankah itu berarti ayahnya tidak menginginkan ia hadir didunia ini.
"A-aku juga merindukan ayah"
Ya Jinyoung merindukan sosok paruh baya yang sampai sekarang tidak ia ketahui seperti apa wajahnya.
"Kalau begitu, besok pulanglah kerumah. Kau harus menyelesaikan permasalahan yang kau perbuat. Aku yakin ayah pasti akan memaafkanmu. Sekeras apapun dia, kau adalah anaknya"