Jinyoung melirik Mark yang sedang berbicara dengan dokter di depan pintu yang terbuka. Menurutnya Mark berlebihan karena terus memaksa dokter itu untuk memeriksa kondisinya sekali lagi. Padahal dokter itu sudah dua kali memeriksa Jinyoung dan memastikan Jinyoung baik-baik saja.
"Eomma, aku baik-baik saja. Tapi kenapa Mark hyung berlebihan seperti itu?"
Ny. Kim tersenyum kecil. Tidak tahukah Jinyoung betapa paniknya Mark saat ia tertabrak tadi. Mark bahkan berteriak di rumah sakit ini dan memarahi para perawat karena terlalu lama mencarikan ruangan untuk Jinyoung.
"Dia mencemaskanmu." Jinyoung melirik ke arah Junior yang baru saja bicara padanya. Kening kembarannya itu di tempeli plester dan telapak tangannya di balut perban.
"Kau baik-baik saja hyung?" Tanya Jinyoung untuk memastikan.
"Aku baik-baik saja."
Jinyoung tersenyum lalu berkata
"Syukurlah."
Kemudian mereka melirik ke arah Mark yang berjalan tergesa-gesa menghampiri Jinyoung. Junior langsung membuang muka ketika Mark mengelus sayang kepala Jinyoung. Mark terlihat sangat menyayangi Jinyoung. Junior bahagia melihat Jinyoung bisa di cintai oleh Mark sedalam itu, namun, entah kenapa ia juga sedih melihatnya. Mark yang dulu hanya mecintainya seorang kini telah berpindah hati.
"Jinyoungie, sepertinya aku harus pulang untuk membawa bajumu kesini. Kau cepatlah sembuh, dan dengarkan kata kekasihmu itu. Arraseo?"
Jinyoung mengangguk.
"Eum, hyung tunggu. Biar Mark hyung yang mengantarmu."
Mark dan Junior sama-sama terkejut mendengarnya.
"Sayang, aku tidak mungkin meninggalkanmu."
"Aku tidak apa-apa hyung. Disini juga sudah ada eomma dan appa. Antarkan Junior hyung pulang ya?"
"T-tapi..."
"Aku akan pulang dengan taksi saja." Jawab Junior agar Jinyoung tidak memaksa Mark. Karena yang ia lihat, Mark enggan mengantarkannya pulang.
"Jangan. Mark hyung, kau mencintaikukan? Kalau begitu antarkan hyungku pulang atau aku akan marah padamu."
Mark mengusap wajahnya gusar.
"Arra arra. Aku akan mengantarnya pulang. Apa kau puas?"
Jinyoung tersenyum lebar.
"Gomawo."
.
.Hening menemani perjalanan pulang Junior. Sesekali ia melirik ke arah Mark yang sedang menyetir. Sejak tadi Mark hanya diam. Junior sudah mencoba membuka perbincangan kecil, tetapi Mark menanggapinya dengan jawaban singkat sehingga Junior mati kutu di buatnya. Junior berpikir Mark sedang marah padanya. Karena seharusnya tadi ia lah yang celaka, bukan Jinyoung.
Tiba-tiba Junior terbatuk-batuk. Ia memegangi dadanya yang terasa nyeri. Denyut jantungnya mulai tidak beraturan. Melihat kondisi Junior, Mark segera menepikan mobilnya.
"Kau kenapa?" Tanya Mark khawatir.
Junior menggeleng sembari mengatur nafasnya. Dadanya terasa sesak sekali kemudian ia tidak sadarkan diri. Mark mulai panik.
"Junior? Junior..."
Mark merasakan denyut jantung Junior tidak seperti denyut jantung orang pada umumnya. Bahkan secara perlahan-lahan denyutan itu mulai melambat. Mark segera menghubungi Jisung karena hanya Jisung yang mengetahui kondisi Junior. Setelah menerima perintah dari Jisung, Mark segera melarikan Junior ke rumah sakit yang di usulkan Jisung.