Jinyoung menguap sambil menggeliatkan badannya. Ia merasakan beban di perutnya yaitu lengan Mark yang melingkar disana, sedangkan pemilik lengan kekar itu masih terlelap. Jinyoung menyingkirkan tangan Mark lalu turun dari ranjang untuk memeriksa ponselnya apakah ada yang menghubunginya atau ada pesan masuk karena semalam ia menginap di rumah Mark karena semalam ia ketiduran di dalam mobil. Ia sendiri tidak sadar siapa yang menggendong ke kamar. Yang jelas orang itu adalah Mark.
Jinyoung menatap wajah Mark cukup lama. Tiba-tiba ia ingat perdebatan mereka tadi malam. Jinyoung yakin Mark menyembunyikan sesuatu darinya. Tidak mungkin Mark meninggalkannya begitu saja kalau tidak ada hal yang benar-benar mendesak. Siapa yang Mark temui tadi malam? Mark sangat terburu-buru saat itu. Apa Mark punya selingkuhan? Dan selingkuhannya itu tahu Mark memiliki pacar? Ah tidak tidak. Mark bukan tipe orang seperti itu.
Rasanya Jinyoung tidak tega membangunkan Mark. Ia menarik selimut tebal itu hingga ke dada Mark lalu ia kecup singkat bibir seksi kekasihnya sebelum ia keluar dari kamar untuk membuat sarapan. Jinyoung sudah seperti anak yang tidak jelas asal-usulnya. Ia sering menginap di beberapa tempat, rumah ayahnya, rumah orang tua angkatnya, dan rumah Mark. Tapi ia lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga angkatnya karena disanalah ia di rawat dan di besarkan hingga menjadi Jinyoung yang sekarang.
.
Jinyoung bersenandung sambil menggulung kimbab spesial buatannya. Yang ia tahu, Mark jarang sekali memakan masakan seperti ini. Yang sering Mark makanan adalah makanan western dan makanan cepat saji. Padahal makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan, apalagi mereka sudah berumur seperti ini. Ah Jinyoung merasa tua sekarang. Tetapi ia tak kunjung menyelesaikan kuliahnya. Mengingat hal itu membuatnya berpikir dua kali jika saat nanti Mark mengajaknya menikah.
Setelah selesai, Jinyoung meletakkan makanan yang ia buat di atas meja makan, termasuk omurice yang selalu Mark minta jika ia menginap disini. Tanpa Jinyoung sadari, Mark sudah bangun dan kini sedang mengamati kegiatannya sambil bersandar di dinding dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Rupanya mereka memakai piyama couple bergambarkan mickey dan minnie. Piyama itu di beli oleh Jinyoung sebagai hadiah untuk Mark. Sejujurnya Mark tidak suka dengan hal-hal seperti itu, karena Jinyoung yang meminta, ia dengan senang hati memakainya dan akan membiasakan diri menerima hal-hal lucu seperti ini mulai dari sekarang mengingat hubungannya dengan Jinyoung sudah cukup jauh dan mendekati jenjang pernikahan. Membayangkannya saja membuat Mark sudah tidak sabar.
Tiba-tiba Mark teringat pada kejadian tadi malam. Rasanya ia seperti bermimpi bertemu dengan Junior. Tapi kenapa Junior menunjukkan batang hidungnya sekarang? Mark juga masih merasa bersalah pada Jinyoung. Ia melangkah pelan mendekati Jinyoung yang sibuk menyusun sendok dan gelas di atas meja. Namun ia terperanjat ketika lengan kekar melingkar di pinggangnya dan sapuan nafas di sekitar tengkuknya yang membuatnya bergidik geli.
"Kau sudah bangun hyung? Duduklah, ayo kita sarapan."
"Apa kau tidak marah lagi padaku? Semalam aku meninggalkanmu."
Jinyoung tersenyum. Ia membalikkan badannya tanpa melepas lingkarang tangan Mark di pinggangnya.
"Aku masih marah." Jinyoung menatap Mark dengan usil.
"Lalu kenapa semalam kau bersedia tidur disini dan membuatkanku sarapan hm?"
"Itu karena aku sadar diri. Aku menginap disini, jadi sebagai orang yang baik, aku akan membalasnya dengan membuatkanmu sarapan? Kenapa? Apa kau tidak suka?"