Mark terburu-buru keluar dari mobilnya, hampir saja ia tersandung kalau ia tidak berpegangan di pintu mobil. Akan sangat memalukan jika manusia hampir sempurna seperti Mark Tuan terjatuh ditempat umum. Mau ditaruh wajahnya? Dijamin Mark tidak akan berani keluar rumah apalagi bertemu Jinyoung. Membayangkannya saja membuat Mark bergidik ngeri.
Ketahuilah, Mark terburu-buru seperti ini karena Jinyoung memintanya datang ke taman. Entah ada angin apa tiba-tiba Jinyoung membuat permintaan seperti itu, yang jelas Mark yakin Jinyoung sedang dalam mood buruk. Terdengar dari suara Jinyoung saat menghubunginya tadi.
"Jinyoung!"
Nafas Mark tersengal-sengal karena berlari dari tempat parkir menuju tempat ia bertemu dengan Jinyoung.
"Hyung" Jinyoung langsung memeluk Mark.
"W-wae?" Mark meminta Jinyoung untuk melepaskan pelukannya, tapi Jinyoung menolak. Justru ia semakin terisak seperti anak kecil.
"Hyung, kenapa appa tega sekali padaku? Appa menjodohkan adikku dengan Jaebum hyung"
"Apa? Maksudmu Hyunjin?"
"Bukan Hyunjin, tapi Youngjae" Oh Mark lupa kalau Jinyoung memiliki seorang adik tiri. Tapi Mark sedikit kesal atas pengaduan Jinyoung tersebut. Ia melepaskan pelukan Jinyoung secara paksa yang membuat Jinyoung menatapnya dengan bingung.
"Jadi kau menyuruhku datang kesini hanya untuk mendengar mantan kekasihmu dijodohkan? Yak Park Jinyoung, aku hampir saja kehilangan harga diriku karena terlalu mengkhawatirkanmu"
"K-kau kenapa hyung?" Jinyoung menyeka air matanya.
"Kau yang kenapa?! Bukankah kau sudah putus dengan Jaebum, jadi untuk apa kau menangisinya lagi huh?! Atau jangan-jangan kau masih mencintainya?!"
Jinyoung hanya diam. Entahlah, ia sendiri tidak tahu apa ia masih mencintai Jaebum atau tidak. Tapi saat mendengar perjodohan itu, rasa takut mulai menghantuinya. Ia takut Jaebum tidak akan peduli lagi padanya.
"Astaga Jinyoung! Jadi selama ini kau mempermainkanku?!"
Jinyoung semakin tidak mengerti dengan sikap Mark. Ia juga tidak peka terhadap apa yang Mark rasakan.
"Kau bersikap seolah kau telah jatuh cinta padaku. Jadi selama ini kau hanya pura-pura tersipu saat didekatku?!"
"Huh? B-bukan begitu hyung. A-aku hanya..."
"Padahal aku sudah bisa melepas Junior, tapi kau malah mempermainkanku seperti ini. Apa kau ingin balas dendam karena aku pernah bersikap buruk padamu?! Berarti kau berhasil. Kau berhasil membuatku jatuh cinta padamu!"
"H-hyung jangan marah. Aku hanya..."
"Sudahlah. Aku tidak ada waktu mengurusi namja cengeng sepertimu"
Jinyoung menggigit bibirnya melihat Mark mulai berjalan meninggalkannya. Akhir-akhir ini Jinyoung menjadi sensitif, ia mudah sekali menangis, bahkan hanya karena hal sepeleh.
Namun kedua sudut bibir Jinyoung terangkat saat Mark berbalik dan berjalan kearahnya dengan wajah super angkuhnya.
"Kemarikan tanganmu"
Jinyoung mengulurkan tangan kanannya sesuai perintah Mark. Rupanya tangan mulus itu terluka, pastinya karena kecerobohan Jinyoung yang tidak sengaja menyenggol pinggiran meja dirumahnya yang terbuat dari kaca.
Bahkan Mark sangat teliti memperhatikan Jinyoung sampai ia melihat luka sekecil itu. Jinyoung sendiri tidak sadar tangannya terluka karena tadi ia terburu-buru. Mark mengeluarkan sebuah plester dari sakunya lalu menempelkannya ditangan Jinyoung yang terluka.