Jinyoung menyeret kopernya keluar dari rumah. Tidak, Jinyoung tidak di usir. Ia pergi atas keinginannya sendiri. Ia memutuskan akan tinggal bersama ayah kandungnya. Berat rasanya meninggalkan rumah ini. Meskipun mereka masih bisa bertemu setiap hari, tapi rasanya akan berbeda.
Ny. Kim menangkup pipi anak kesayangannya. Anak laki-laki ini tumbuh begitu cepat. Padahal baru kemaren rasanya Jinyoung hadir dalam keluarga kecil mereka. Sekarang mau tidak mau ia harus melepas Jinyoung kepada orang tua kandungnya yang lebih berhak atas Jinyoung.
"Kau harus jaga diri disana. Kau harus makan tepat waktu, tidak boleh tidur terlalu larut, dan jangan pernah melawan ayahmu. Kau harus ingat pesan eomma"
"Hm aku akan selalu mengingatnya"
Jinyoung beralih menatap Yugyeom, bocah jangkung yang sangat ia sayangi. Jinyoung sangat dekat dengan Yugyeom. Entah bagaimana jadinya jika mereka berpisah nanti. Meskipun disana akan ada Hyunjin, tetap saja mereka orang dengan karakter yang berbeda. Jinyoung tidak bisa atau tidak berani menjitak dan mengomeli Hyunjin seperti ia mengomeli Yugyeom.
Jinyoung kembali mengalihkan pandangannya kearah Henry yang sedang memasukkan kopernya kedalam bagasi mobil. Hyung tertua yang selalu ada saat ia membutuhkannya. Hyung yang sangat mengerti dirinya. Hyung yang selama ini bersusah-payah bekerja untuknya.
"Ck! Jangan menangis hyung. Kita hanya akan berpisah rumah" Kata Yugyeom sambil menyeka air mata Jinyoung.
"Aku akan merindukan kalian"
"Jinyoungie, kita harus pergi sekarang. Soalnya nanti aku harus ke restoran"
"Ne hyung. Eomma jangan terlalu memikirkanku. Aku akan baik-baik saja disana. Sekarang aku pamit"
"Hm hati-hati nak"
Setelah kepergian Jinyoung, Ny. Kim masuk kedalam rumah dengan wajah murung. Ia memasuki kamar yang dihuni oleh Jinyoung. Ia membuka lemari yang berukuran sedang didekat pintu kamar mandi. Kosong. Biasanya setiap hari ia menyusun baju-baju Jinyoung yang baru saja di setrika. Meja belajar Jinyoung juga kosong karena Jinyoung membawa semua bukunya. Jinyoung hanya menyisakan beberapa buku yang ia letakkan dimeja nakas.
"Eomma?"
Ny. Kim menyeka air matanya saat Yugyeom menghampirinya.
"Kenapa eomma menangis? Eomma, Jinyoung hyung hanya pindah rumah. Kita masih bisa bertemu dengannya. Aku yakin Jinyoung hyung akan sering kesini" Yugyeom berusaha menghibur ibunya.
"Tapi eomma belum siap dengan semua ini"
Yugyeom memeluk ibunya. Ia juga belum siap hidup terpisah dari kakak kesayangannya. Tapi barusan ia mendapat kabar bahagia, yaitu besok ayahnya akan pulang ke Seoul.
.
Keluarga Park menyambut hangat kedatangan Jinyoung di rumah besar mereka. Jinyoung yang mulai terbiasa dengan mereka, tersenyum bahagia karena pada akhirnya ia bisa tinggal bersama ayah kandungnya.
Sementara itu Hyunjin memasuki rumah dengan tampang datarnya. Ia melirik Jinyoung sejenak sebelum menaiki tangga menuju kamarnya dilantai atas. Salah satu alasan Tn. Park membawa Jinyoung tinggal disini adalah untuk merubah perilaku Hyunjin yang akhir-akhir ini kelewat batas. Selama tiga hari Hyunjin tidak pulang, dan baru pagi ini ia pulang dengan wajah kusutnya. Tn. Park sengaja tidak mencari Hyunjin karena ia tahu Hyunjin menginap di rumah pamannya.
Ny. Park membawa Jinyoung kelantai atas, lebih tepatnya kekamar Junior yang sudah lama tidak dihuni, namun masih terlihat bersih karena setiap hari Ny. Park menyuruh pembantu untuk membersihkannya.
"Kau bisa pakai kamar ini"
Jinyoung menyelisik seisi kamar bercat hijau muda tersebut. Kamar ini sangat besar, hampir sama besarnya dengan kamar dirumah Mark, hanya saja dirumah Mark terdapat ruang baca, sedangkan disini terdapat rak buku besar yang terdapat beberapa buah buku dan kotak bergambar menara paris, tempat menyimpan barang-barang. Juga terdapat almari yang ukurannya hampir sama dengan ukuran rak buku. Dan juga balkon yang menghadap langsung ke halaman samping rumah yang dipenuhi tumbuhan berwarna hijau yang dapat menyegarkan mata.