Berpilin melintasi massa, merangkum sebuah masa yang tetap sama, meski semua terasa berbeda. Begitulah waktu bekerja.
***
Hamburg,
3:50 AmDalam petak kamar yang tidak terlalu luas itu seseorang terganggu dalam tidur lelapnya.
Peluh menetes turun, gadis itu tampak gusar dalam tidurnya. Tubuhnya menggigil kedinginan, selimut tebal rasanya tak cukup untuk menghangatkan. Jemarinya keras meremas ujung selimut. Entah apa yang tengah singgah dalam mimpinya."Jangan ... jangan pergi!." perempuan itu berucap lirih. Mengigau.
"Ku mohon jangan pergi!."
Lagi... entah apa yang mengganggunya, wajah pucat itu tampak putus asa. Di balik kelopak yang menutup, perlahan bulir bening itu meluruh. Satu bulir yang diiringi dengan bulir lainnya. Dia menangis dalam tidur panjang itu.
Hingga ...
"Syakhil!." tersentak. Gadis itu terbangun. Beristighfar bersama nafas yang masih memburu. Kepalanya pening, seperti di timpa puluhan kilogram beras. Hingga ponsel yang bergetar itu membuatnya bangkit. Dengan sedikit usaha keras dia berhasil meraihnya.
Drrt ... drrt ...
Aisye's calling.
Tanpa berpikir dua kali, Alqyra segera menekan tombol hijau pada layar persegi itu.
"Assalamu'alaikum Alqyra ...." suara yang selalu terdengar lembut itu tidak seperti biasanya. Suaranya bergetar.
"Wa'alaikumsalam ... ada apa Aisye?"
"Apakah Ali sudah memberitahumu?"
"Apa?. Dia tidak mengatakan apa pun."
"Pulanglah ... Syakhil ...." susah dia menelan salivanya. Kata yang akan ia katakan serasa berat terucap.
"Ada apa?." Hatinya berteriak resah. Bahkan matanya sudah berair. Dia takut, sangat takut.
"Pulang Alqyra ... besok semua peralatan medis yang menunjang kehidupannya akan dilepas. Mungkin ini terakhir kali kau bisa melihatnya."
Luruh!. Alqyra terisak dalam diam. Dia menangis tanpa suara, hatinya sesak sampai sulit bernapas. Kalimat yang Aisye katakan setelahnya pun sudah tidak dapat dia dengar. Tubuhnya yang demam semakin menggigil kedinginan. Apakah semua sudah berakhir?
Penantian itu ...
Kerinduan?.
Hari itu, saat malam berlalu panjang. Bersama dingin yang membekukan, saat langit tak berteman bintang pun mendung menggelantung menambah sepi yang mencekam. Saat itu ... satu bulir bubuk putih perlahan turun dari angkasa. Terbang. Melayang. Pelan.
Ini salju pertama yang kedua. Bulir yang membawa kerinduan.
***
Assalamu'alaikum ...
Alqyra kembali menyapa. Semoga masih ada yang mau menunggu cerita ini. Update lebih awal dari rencana sebelumnya. Ini permulaan, masih sedikit, kalo mau yang panjang yuk tunggu part selanjutnya.Salahkan Author yang suka menggantung kalian ini. Peace ...
Btw adakah yang kangen sama Syakhil?. Syakhilnya masih bobo, jadi jangan di ganggu dulu yah ...
Vote dan komen jangan lupa.
Danke und so.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...