❄Adalah Keluarga❄
Kebahagiaan adalah saat dimana kau menemukan jalan untuk pulang.
(Alqyra Syeenan Vaughn)
***
Hujan kembali mengguyur ibu kota negara Panzer ini. Tirai air yang menjuntai dari langit menimbulkan embun di kaca jendela yang terletak tepat di samping tempat duduknya, bintik-bintik air perlahan luruh mengenai satu bulir ke bulir lainnya hingga pada akhirnya pertemuan itu membawa airnya mengalir mengikuti gaya gravitasi. Pemandangan yang Alqyra suka akhir-akhir ini. Rasanya hujan sudah menjadi teman terbaiknya.Bahkan lalu lalang manusia di sekitarnya tak menjadi pengganggu untuknya termenung sambil menghangatkan diri. Ya! Tempat dimana dia berada saat ini memang telah banyak berubah, rasanya baru kemarin dia pergi dan tempat ini sudah semakin luas saja. Memang benar pepatah yang mengatakan semakin lama kau pergi maka semakin banyak hal berubah.
"Teh krisan hangat untuk hujan di musim semi." Sederet kalimat itulah yang terucap bersama dua cangkir teh panas yang asapnya mengepul liar, mengirimkan aroma wangi yang manis tercium rongga hidungnya.
"Danke.*(terima kasih)." Balasnya seraya mengerling lucu. Senang rasanya disaat kau kembali dan semua terlihat baik. Bukannya pergi orang itu justru menempatkan diri pada tempat duduk didepannya. Menopang dagu untuk kemudian berucap takjub.
"Whoa ... sudah lama sekali Alqy?, bagaimana kabarmu?. Aku kira kau sudah lupa dengan kami semua."
Ya! Dia Ali, dan tempatnya berada saat ini adalah kafe halal milik Ali. Tempatnya bekerja dulu, saat harus pergi dari rumah.
"Yang benar saja Ali, bagaimana aku bisa lupa?. Alhamdulillah kabarku baik, kau tahu? Senang rasanya saat kau mampu membantu orang lain. Dan itu yang aku rasakan saat ini." Mendengarnya Ali hanya dapat tersenyum. Ya! Biar bagaimanapun lebih baik menyibukkan diri di tempat lain daripada harus terkungkung dalam sangkar kesedihan bukan.
"Perjalanan yang cukup jauh, kau pasti lelah."
"Seperti itulah ... bahkan aku belum pulang ke rumah, asal kau tahu." Mengangkat kedua alis tak percaya, Ali sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran wanita ini. Saat kau pulang, tempat pertama yang harus kau datangi adalah rumah.
"Dasar anak tidak berbakti! Bagaimana bisa kau belum ke rumah. Saat kau kembali dari tempat jauh itu namanya pulang, dan setiap orang pulang pastilah ke rumah bukan?."
Terkekeh mendengarnya, bahkan saat lawan bicaranya berbicara amat menggebu-gebu dirinya hanya membalas santai perkataan si teman lama.
"Hei ... kota ini rumahku, kalian adalah keluargaku. Ck! Apa kau tidak menganggap aku ini keluarga?.""Baiklah ... terserah kau saja. Asal kau tahu anak nakal, ibumu pasti merindukanmu. Bagaimanapun kau harus menemuinya terlebih dahulu."
"Ya! Aku tahu, tapi sebenarnya aku tidak sendiri Ali. Aku bersama seseorang, dan tujuanku kembali adalah untuk mengantar orang itu bertemu syekh Abdullah dan Pinar."
"Apa urusan pekerjaan?."
"Bisa iya, bisa juga tidak. Sebagai seorang konsultan deradikalisme sudah seharusnya aku membantu anak muda terbebas dari paham ekstrimis, tapi diluar itu semua aku juga harus menjaga saudaraku dari bahaya yang sangat mengerikan itu."
Mengangguk mengerti, Ali kembali bersuara.
"Pasti senang mendapatkan pekerjaan yang kau suka, dimana kau bisa bekerja sekaligus membantu sesama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...