❄Luka yang Pergi❄
Karena baginya, harga dari sebuah rasa adalah melepaskan.
***
"Hallo Sahabatku! JOSEPH NOLLAN YANG TAMPAN!." Melengking tajam, sekiranya itulah bunyi yang melesat masuk pada rongga telinganya.
"Kau terkejut?." Tanyanya dengan mata berbinar, wajahnya begitu cerah hari ini, senyumnya pun melengkung sempurna.
"Aku tahu kau sangat senang aku di sini Jo. Jadi berterima kasihlah padaku."
"Oh iya aku juga membawa hadiah untukmu Jo. Lihat!," Aimee mengeluarkan coat hangat dari dalam paper bag yang dia bawa. "Tada! Kau pasti sangat menyukainya."
"Ah dasar ku Joseph Nollan, bagaimana bisa bepergian saat udara masih sedingin ini?."
Jo masih bergeming, tatapannya lurus menatap manik mata itu. Matanya menerawang, seolah sekelabat masa demi masa kebersamaan keduanya tengah diperlihatkan begitu saja oleh semesta.
"Cobalah! Pasti sangat pas ka---"
"Aimee?," panggilnya dengan nada melamun, sontak membuat Aime terpaku. Menghentikan semua celoteh yang masih belum usai itu.
Detik terus berjalan, netra keduanya saling mengunci. Seolah melaluinya mereka saling berbicara. Mata gadis itu berembun, Oh Tuhan! Pertahanan yang susah payah dia bangun benar-benar runtuh hanya karena satu kalimat. Apa yang akan dia lakukan jika Jo pergi?. Di saat-saat seperti inilah dia sadar, jika selama ini hidupnya terlalu bergantung kepada Joseph Nollan.
"Untuk terakhir kalinya, anggap semua yang sudah ku katakan tidak pernah terucap. Hanya sebentar saja aku ingin bersamamu lebih lama. Sebelum semuanya berakhir, sebelum kau benar-benar pergi dan aku tahu saat kau kembali semua tidak akan lagi sama. Tapi ... hei, bukankah kita sahabat?. Jangan mengusirku pergi Jo, untuk kali ini saja."
Tatapan Jo melembut, dia menggeleng lemah. "Mana mungkin aku mengusirmu?." Jo menghela napas dalam. Diliriknya jam pada pergelangan tangan. "Masih dua puluh menit lagi."
Amiee tersenyum senang mendengarnya. Oh Jo ... tak tahukah dirimu? Perlu berjam-jam baginya untuk berlatih memasang wajah ceria, perlu waktu yang cukup lama baginya untuk menata hati dan bersikap seolah dia tidak pernah mencintai Joseph Nollan. Dan dengan secepat kilat lelaki itu tega menghancurkan semua topeng yang telah mati-matian dia buat. Bukan salah lelaki itu.
Benar, sejak dulu Aime tahu Jo terlalu mengenal baik dirinya. Mana bisa Aimee berbohong pada Joseph Nollan?."Maafkan aku telah membuatmu menangis."
Aimee menggeleng. "Tidak, Jo. Aku hanya kelilipan." Ucapnya dengan suara sengau.
Jo hanya bisa mengerlingkan mata mendengarnya untuk setelahnya dia terkekeh dan mengacak pelan poni gadis itu.
Dan tanpa Jo sadari, perlakuan kecil itu justru berefek fatal bagi Aime. Saat hatinya masih saja berdetak cepat akan perlakuan manis yang kerap Jo berikan.
"Kemarikan hadiah yang kau berikan!. Jangan sampai kau bawa pulang kado untukku."
Aime meringis kecil, "tidak akan!." Tangannya terulur memberikan paper bag berisi coat wol abu-abu yang dia beli sesaat sebelum menemui Joseph Nollan.
"Aimee ...."
Perempuan itu menoleh cepat, "semua akan tetap sama, kau akan selalu menjadi adik kecil bagiku dan aku akan selalu menjadi superhero brothers untukmu. Bolehkah aku meminta satu hal?."
Aimee mengangguk, "lupakan perasaanmu untukku." Ucapnya kemudian.
"Kita sudah sepakat untuk melupakan ucapanku hari itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...