❄️ YOU ARE NEVER ❄️
LEAVE ME ALONEAksara ku tak berarti apa-apa,
Kataku sekedar huruf-huruf,
Dan kalimatku adalah ungkapan rasa.Tetapi kau kau bilang, "semua adalah makna."
(Syakhil Mubarak)
🍁🍁🍁
Pertemuanku dengan Ebba layaknya sebuah jalan yang memang telah Allah persiapkan dan menjadikannya sebagai takdir hidupku. Dihari yang basah oleh hujan itu, Ebba menceritakan semuanya, hari dimana mereka bertemu, bagaimana perempuan itu menyelamatkan dirinya, bagaimana mereka bisa sampai di Berlin, dan hari ketika keduanya datang mengunjungiku di Rumah Sakit. Bukan hanya itu, esoknya Ebba mengajakku bertemu dengan seseorang. Di sebuah kedai cokelat sederhana di tepi Grunewald, aku bertemu dengannya. Orang yang menitipkan secarik surat untukku, melalui agenda usang miliknya.
Hal pertama yang kudapati adalah wajah terkejutnya yang bercampur tatapan yang sangat sulit untuk kuartikan. Disanalah Ebba meninggalkan kami berdua.
“Maasyaa Allah, Allah menyayangimu Nak.” Ucapnya sembari menyentuh kedua pundakku.
Ada jejak air mata yang tiba-tiba saja muncul disudut kedua matanya. Yang aku lihat dari seseorang di depanku adalah wajah seorang ayah yang lega melihat anaknya masih hidup. Begitulah raut wajah yang bisa kubaca darinya. Kami terdiam cukup lama, sampai cokelat panas yang kami pesan berhenti mengepulkan asap, baru kudengar Mr. Damian bersuara. Katanya, “kau tahu? Beberapa waktu lalu putriku bertunangan. Dengan seorang yang baik agama serta akhlaknya.”
Mendengarnya rasanya jantungku terlepas dari tempatnya, begitu sesak dan menyakitkan. Kabar pertama yang belum pernah Ebba ceritakan padaku.
Mr. Damian tersenyum, lalu kembali melanjutkan cerita. “hari disaat Aisye mengabari dirimu dalam kondisi kritis, Alqyra segera pulang ke Berlin. Sebelumnya dia pergi ke Hamburg untuk menjadi seorang konselor anti radikalisme. Hari-harinya dipenuhi pelarian dari perasaannya sendiri. Dan malam ketika dia mendengar kabar mengenai dirimu adalah masa yang sangat menyakitkan untuknya Nak. Hari dimana harusnya dia menemuimu, terjadi longsor yang menimpa jalur term, dia mengalami kecelakaan kereta. Dia terlambat satu hari satu malam untuk menemuimu.”
Sejauh ini aku tidak bisa berkata apapun, lebih menyakitkan jika seseorang yang berarti dalam hidupku mengalami masa-masa sulit yang disebabkan oleh diriku sendiri. Allah ya Illahi Rabbi, memang inilah takdir yang sudah lama digariskan dalam pena-Mu. Hari dimana nyawaku hampir dijemput malaikat maut adalah hari dimana cahaya itu menarikku kembali ke alam dunia. Dalam tidur panjangku saat itu, aku bisa mendengar lantunan ayat-ayat Al-Kahfi menggetarkan dinding-dinding dalam ruang hampa. Malaikat maut belum menjemputku bahkan hingga detik ini.
“Dalam kondisi terluka dia menemuimu Nak, tapi seseorang berkata jika dirimu sudah pergi ke tempat yang lebih baik,” Mr. Damian terkekeh, “Dia mengira kau sudah mati, tapi ... lihatlah, lucu rasanya saat kini kamu ada didepanku dan masih bisa mendengarkan dengan baik ceritaku. Betapa bodohnya manusia, dia mendengar menggunakan perasaannya bukan akal sehatnya.” Lagi Mr. Damian tertawa. “ah ... Allah, sungguh keajaiban bisa melihat orang yang dianggap mati kembali hidup.”
“Allah menyayangiku tuan, seperti yang anda katakan.”
“Kau tahu? Kondisinya semakin memprihatinkan, setelah dia pulang tanpa pembuktian, tanpa berusaha mencari tahu keberadaanmu, hari-harinya dipenuhi awan mendung. Dia mengira kau sudah mati, dia mengira penantiannya selama dua tahun tak membuat Allah mengabulkan doa-doanya. Dan disanalah dia bertemu Musthafa, seseorang yang selama satu bulan itu menemaninya. Dia dokter yang menangani putriku. Kau tau sakit apa yang dideritanya? Bukan lebam dan memar karena kecelakaan, tapi jiwanya yang kehilangan nak. Dia sangat menyayangimu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...