❄Rona Penghujung Senja❄
Katanya ...
Melihat bintang mampu mengobati sembilu hati yang berkarat dalam emosi.
Namun bagiku cukup satu, yaitu melihat tulus netra itu. Berharap suatu saat, akulah yang ada dalam bayangan lensa beningnya.(Joseph Nollan)
***
Lebih ramai dari hari biasa, suasana pagi itu amat berbeda. Stand-stand dibangun sederhana, sebagian sudah berdiri kokoh namun lainnya masih dalam tahap pengerjaan. Orang-orang sibuk dengan pekerjaannya, berlalu lalang untuk bergegas menyelesaikan tugasnya. Open Mosque Day, acara festival tahunan yang selalu di selenggarakan Islamic Center AL Nour Hamburg setiap setahun sekali ini memang selalu mengagumkan. Dimana masjid akan di buka untuk umum yang ingin mengenal islam lebih dalam. Tak terkecuali, siapapun boleh masuk ketempat ini.
Suguhan yang menarik, namun ada satu hal yang lebih menarik perhatian perempuan itu. Seseorang yang tengah berdiri kaku memperhatikan kesibukan di depannya.
"Dia benar-benar datang." Ucapnya pada diri sendiri. Sedikit kaget, tidak mengira lelaki itu akan datang ke tempat ini.
"Jangan hanya diam mematung Jo, kau seperti orang tua linglung. Ayo! Ikut aku." Kalimat panjang yang terucap, tanpa sapaan apa pun membuat lelaki itu sedikit terperanjat mendengarnya.
"Hei! Kau mengejek ku nona?."
Tanpa perintah pun Jo sudah menyusul di belakangnya, dengan langkah lebar sehingga bisa mensejajarkan diri di sebelah gadis itu."Ah! Aku tak menyangka kau pun bisa mengumpat."
"Aku tidak mengumpat."
"Lalu, 'orang tua linglung' apa maksudnya itu?."
Terkekeh mendengarnya. Ya! Itu memang sebuah kesengajaan.
"Aku bercanda, kau tak terlihat seperti Jo yang ku kenal.""Benarkah? Lalu seperti apa? Jo yang kau kenal."
"Dia penuh percaya diri, memiliki rasa ingin tahu tinggi, dan yang pasti tidak hanya diam mematung di depan sebuah bangunan. Like a lost boy."
"Aku hanya merasa gugup." Lirih namun masih terdengar, tanpa sempat membiarkan Alqyra menimpali ucapannya dia sudah kembali berkata, "kau tahu? Aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan tempat ini. Distrik Horn, bangunan yang sudah beralih fungsi, sungguh bukan petunjuk yang jelas."
Sebelum memasuki masjid Alqyra berhenti, Jo melakukan hal yang sama. Perempuan itu melepaskan alas kakinya saat di depan serambi masjid, lalu meletakkannya pada rak yang telah disediakan.
"Kenapa harus dilepas?."
"Karena ini tempat ibadah, Islam sangat mengutamakan kebersihan." Penjelasan singkat namun dapat segera di mengerti olehnya.
"Ini mudah Jo, semua orang sudah menyaksikan bagaimana peresmian masjid ini." Ucapnya kemudian, menjawab pertanyaan Jo sebelumnya.
Alqyra benar, perjalanan Islamic Center Al Nour sangatlah panjang untuk mendapatkan izin resmi dan pengakuan dari pemerintah dan tentunya penolakan dari masyarakat setempat semakin menambah kendala yang ada, hingga pada akhirnya rekonstruksi besar-besaran dapat dilakukan setelah persetujuan didapatkan pada 14 Januari empat tahun silam. Salah satu tempat bersejarah sekaligus tempat terpenting bagi umat muslim Hamburg yang sebelumnya harus melaksanakan ibadah shalat jumat di sebuah bangunan bekas garasi.
"Aku tak mengira petunjuk itu mengarah pada sebuah masjid."
Pembicaraan keduanya harus terhenti saat keduanya sampai pada sebuah ruangan di salah satu sisi masjid. Tempat dengan kursi yang sudah berderet rapi dimana seseorang tengah terduduk pada salah satu kursi terdepan yang menghadap puluhan kursi lainnya.
"Assalamu'alaikum ..." Salam Alqyra saat memasuki ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...