Assyauqi 13.

613 63 1
                                    

❄The Secret of Mahabbah❄

Syahdu lantunan syair bergema...

Lirih mendayu selaksa ombak samudera,

Nyanyiannya melukis simphony serat cinta ...

harapan suci mahabbah Sang Pencipta,

yang kadang terbang meliuk atau tergulung banyu beriak,

Namun tak lekang luntur terbasuh kabut penyekat,

***

Aroma musim gugur perlahan memudar, semilir angin pun terasa lebih dingin. Penghujung hari di penghujung musim, rasanya tempat yang tengah ia duduki begitu nyaman untuk menikmati senja. Taman kota yang menyisakan dahan dan ranting kering dengan dedaunan maple yang berserakan memenuhi tanah. Disebuah bangku panjang Alqyra mendudukan diri.

Sapuan angin menampar wajahnya, membawa ingatannya pada hari itu, hari dimana angin juga bertiup sama kencangnya. Sebuah pertemuan yang cukup membekas dalam ingatan. Sudah satu minggu hal itu berlalu, tapi rasanya suara renyah milik Aimee masih terus mengusiknya.

"Kau percaya sebuah pepatah yang mengatakan cinta ada karena terbiasa?," tanyanya dengan mata penuh binar, helai rambut yang sedikit keluar dari jilbab yang ia kenakan melambai-lambai terbawa angin. Gadis itu masih teguh pada eksperimennya menggunakan jilbab. Kapal-kapal besar yang berlayar kokoh di pelabuhan menjadi latar Aimee bercerita tentang "kisahnya".

"Aku percaya, karena aku merasakannya Ms.Vaughn!. Setiap kebersamaan rasanya begitu menyenangkan, setiap pelukan hangat yang diberikan sebagai bentuk perlindungan membuat perasaan nyaman menjalar disetiap persendian. Awalnya dia seperti seorang saudara yang ingin melindungi adik kecilnya, tapi semakin lama dia terlihat seperti pangeran berkuda yang selalu Mom ceritakan padaku setiap malam. Aimee kecil merasakan hal itu, namun ... apa yang bocah kecil tahu tentang cinta?.

Sejak kecil aku hanya mendambakannya, memujanya, menjadikannya bak pahlawan yang selalu menjadi pilar penyangga saat aku menangis. Rasanya begitu indah. Bahkan, kau tahu? Setelah kami beranjak remaja tidak ada perubahan yang berarti, aku memiliki teman, diapun sama, meskipun begitu ... dia selalu peduli padaku. Kami tidak bersekolah di tempat yang sama, tapi kami selalu memiliki waktu bersama.

Pernah suatu ketika aku mengikuti les piano, semua karena Mom memaksaku belajar alat musik besar itu. Dengan setengah hati aku mengikuti kemauan Mom, dan sayangnya disana ada seroang anak laki-laki yang terus mengangguku. Argh! Rasanya darahku naik setiap kali mengingatnya. Mendapat perlakuan kurang baik itu aku memendamnya, tidak pernah sekalipun Mom tahu kejadian itu. Saat dimana sibocah ingusan menempelkan tiga permen karet di rambutku. Kau tahu betapa menjengkelkannya?, aku harus memotong ujung-ujung rambut yang tertempel permen karet. Darahku mendidih sampai-sampai sepanjang jalan pulang aku terus menangis, dilihat banyak orang tak membuatku peduli. Ditengah jalan aku berjumpa dengannya, aku masih ingat bagaimana wajah cemasnya saat melihat aku menangis, aku juga masih ingat pelukan hangat yang dia berikan kepadaku. Di tepi jalan, dekat Perpustakaan kota aku mengadu padanya tentang semua perlakuan buruk itu. Kau tahu apa yang terjadi setelahnya?," ucapnya sengaja menggantung, mengharapkan Alqyra menimpali ceritanya.

"Apakah dia menemui anak itu?"

"Tepat sekali!, tapi tebakanmu hanya lima puluh persen benar. Besoknya dia mengikuti les piano yang sama denganku, dengan beraninya dia membelaku di depan anak-anak lainnya. Aku bisa melihat wajah kesal Bradley saat dia membelaku." Ucapnya yang tanpa disadari menyebut nama anak nakal itu. Wajahnya masih menampilkan binar yang sama , seolah apa yang baru saja dia ceritakan benar-benar ada di hadapannya saat ini.

AssyauqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang