Assyauqi 25.

610 62 3
                                    

❄MISS YOU IN THE RAIN❄

Mrindukanmu bukan perkara mudah, karena masih ada cinta yang harus ku jaga. Aku tidak mau Tuhanku cemburu padamu, karena tidak akan ada kata kita tanpa ridha-Nya.

🍁🍁🍁

"Mukjizat Allah, anda benar-benar beruntung Mr. Syakhil. Orang yang mengalami ketidaksadaran jangka panjang lebih dari satu tahun sangat sulit untuk kembali terbangun." Jelas Dokter Ahmed yang selama ini menanganinya. Lelaki yang sudah berusia setengah abad itu tersenyum gembira. Tapi kegembiraan yang sesaat, karena setelahnya raut wajah itu kembali menunjukkan keseriusannya.

"Kelumpuhan akibat cedera saraf tulang belakang memang sulit untuk diobati. Sampai detik ini belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan secara total, tapi melihat semangat anda untuk kembali bergerak seperti sedia kala membuat saya yakin anda akan pulih secepatnya. Kita akan melakukan prosedur fisioterapi, serta terapi okupasi."

"Seperti yang kita tahu, Dari dasar otak sampai punggung bagian bawah manusia terdapat bundel serat saraf yang memanjang. Bagian ini yang kita sebut sebagai saraf tulang belakang yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari otak pada seluruh tubuh. Kerusakan saraf ini tentu berakibat serius pada sistem motorik serta sensorik tubuh. Dan pada kasus anda Mr. Syakhil, kerusakan ini terbilang cidera berat karenanya akan membutuhkan proses yang cukup lama untuk menyembuhkan. Pada beberapa kasus terapi tidak dapat membantu banyak, kemungkinan lumpuh total juga sangat tinggi. Lagi-lagi hanya Mukjizat dari Allah yang bisa kita harapkan."

Perkataan dokter Ahmed terus berdengung menemani perjalanannya di sepanjang lorong rumah sakit. Banyak hal yang tengah bersarang dalam pikirannya, rasanya seperti dia baru saja melakukan perjalanan dengan mesin waktu. Yang saat terbangun hari, tanggal dan tahun telah terlewat mendahului dirinya.

Apa seperti ini yang pemuda-pemuda itu rasakan setelah tertidur ratusan tahun di dalam gua?. Ashabul Kahfi, yang ceritanya diabadikan dalam Al-Quran.

"Apa sebaiknya kita segera pulang?" tanya Ali yang berjalan di belakangnya. Membantu mendorong kursi roda miliknya.

"Aku ingin ke suatu tempat Ali, bisakah kau mengantarku?"

"Baiklah kita akan ketempat itu, freunde."

Bersyukur rasanya, setidaknya Allah masih berbaik hati dengan menghadirkan sahabat sebaik Ali dalam hidupnya. Teman yang menemani masa-masa sulitnya. Setelah semua yang Allah beri, bagaimana bisa dia tidak bersyukur?.

***


Hujan pertama di musim semi mengguyur Kota Berlin, menyambut kedatangannya di bangunan batu itu. Flat 201. Tempat ini masih saja rapi. Kata Ali , Umi Fatimah yang selalu rajin membersihkan rumah lamanya ini.

"Apa kau merindukan Mr. Alif?" Tanya Ali yang tengah memandang bingkai foto yang terpajang pada dinding itu. Objek yang sama, yang juga sedang ditatapnya saat ini.

"Benar Ali, Aku hanya bersyukur karena kebenaran sudah diungkapkan."

"Sekarang saatnya untuk memulai hidup baru freunde!."

Ditepuknya bahu Syakhil, Ali memang selalu memberikan semangatnya. Sementara lelaki itu justru tersenyum masam.

Memulai hidup baru?

Dimulai dari mana? Dengan segala keterbatasan yang dia miliki saat ini. Tentu kata 'memulai'  terasa berat dilakukan.

"Apa yang harus aku mulai Ali?. Pada titik apa? Hal apa? Aku ini manusia yang nilai fungsinya sudah terkuras sebagian. Apa yang bisa diharapkan dari orang penuh keterbatasan sepertiku?."

AssyauqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang