❄Tepian Elbe❄
Berbagi bukan karena kita mampu, tapi berbagilah agar kita merasa mampu.
***
"Hai gadis ceroboh ... we meet again."
Deg ...
"Bukan masalah besar. Berhati-hati itu penting, alangkah lebih baik jika kita tidak ceroboh."
"Gadis ceroboh."
Secepat desing peluru menembus waktu, suara itu dengan lancangnya kembali berbisik. Membawa pada massa-massa lalu, terangkai dalam sebuah memori yang tidak terlupakan. Membuat perempuan bermata hijau menyejukkan itu tertegun selama beberapa detik. Bersama rasa yang tak asing kembali menyapa dan untuk kesekian kalinya jantung itu kembali berdegup hebat. Masih terasa sama seperti dulu, saat kebersamaan mereka yang singkat terlukis apik dalam figura kehidupan yang sesungguhnya.
"Hai ... kau baik-baik saja?." Jo melambaikan kedua tangannya tepat di depan wajah gadis itu. Mengerjap; sedikit tersentak. Lalu tersenyum canggung setelahnya.
"Jo? Kau disini?.""Jo, kau disini?. Pertanyaan apa itu Alqy?" ucapnya mengikuti perkataan gadis itu.
"Maaf Jo, aku ... hanya--" ucapan Alqyra terpotong di tengah kalimat. Menggantinya dengan pertannyaan lain. "Oh, lupakan. Sedang apa kau di sini Jo?."
Bukannya menjawab Jo justru menatap nakal ke arahnya, yang mendapatkan tatapan meledek hanya bisa menatap curiga.
"Aku tahu apa yang sedari tadi mengganggu pikiranmu."Kembali dikernyitkannya dahi yang nampak mungil di balik jilbab besar itu. Dengan tatapan bertanya, meminta penjelasan atas apa yang Jo bicarakan.
"Semua orang sudah mengetahuinya Alqyra.""Mengetahuinya?."
"Iya," ucapnya serius, masih dengan tampang yang sedikit menyebalkan namun tetap rupawan.
"Apa yang kau bicarakan Jo?."
"Sebegitu tampannya kah diriku? Sampai-sampai matamu tak berkedip saat menatap ku Alqyra?," Jo menggelengkan kepalannya takjub sebelum kembali berkata, "Kau sama seperti gadis di luar sana. Aku memang tampan Alqyra ... tapi tolong jangan menatapku seperti itu lagi, atau aku bisa saja jatuh cinta pada mata hijaumu itu."
Alqyra menatap Jo dengan pandangan tidak percaya, kesal dan jengkel?. Memutar bola mata malas, "apapun itu Jo, aku harus segera pergi." Ucapnya seraya kembali melangkah.
"Hei ... aku hanya bercanda, apa kau marah?," ucap Jo segera, laki-laki itu mensejajarkan langkahnya dengan Alqyra. Saat gadis itu berhenti, Jo ikut berhenti.
"Tidak Jo. Aku tidak marah. Hanya saja ...." Alqyra melihat jam di pergelangan tangannya, dia sudah benar-benar terlambat.
"Aku harus segera pergi, sampai jumpa." Tanpa menunggu jawaban si lawan bicara, cepat-cepat Alqyra meninggalkan lelaki itu. Kali ini dengan sedikit berlari. Namun tak mau mengalah begitu saja, Jo kembali mengejarnya.
"Aku ikut!."
Dua kata yang hanya dijawab kedikan bahu olehnya. Namun itu sudah cukup bagi Jo. Entahlah, lelaki dengan segala kegilaannya itu memang pantang menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...