❄Lakuna, Tidaklah Sempurna❄
***
"Ikutlah denganku, kata orang dengan melihat bintang segala kesedihan dapat sedikit terobati."
Riuh remaja yang tengah bermain salju memecah sepi malam itu. Matahari sudah terbenam bersama dengan harapannya yang juga ikut tenggelam. Dirapatkannya coat wol itu, dengan netra yang menatap kosong riak dibawah sana.
Dulu ... dia tidak berdiri disini seorang diri. Oberbaum burg terasa berbeda tanpa hadirnya. Syakhil, nama yang bahkan tidak berani dia ucapkan pada hari ini.
Setiap detik berjalan begitu lambat. Diatas jembatan ini dia masih sangat mengingatnya. Bagaimana dulu seseorang itu menghiburnya, menciptakan seulas senyum dan perasaan hangat disetiap persendian.
Melihat bintang?. Sungguh! Bahkan bintangpun tertutup awan. Mengapa semesta begitu kejam, membiariannya terjerat sendu yang mencekam?.
Matanya sudah perih terasa, air matanya sudah mengering menyisakan jejak-jejak yang tertinggal. Wanita itu berdiri seperti zombie yang tampak putus asa.
Sampai layar besar dari Alexzanderplatz memunculkan sebuah gambar yang membuatnya lagi-lagi termenung. Menampilkan seseorang yang tengah mengalunkan melodi dari tuts hitam putih dihadapannya, terduduk di depan grand piano berwarna putih dengan sorot lampu merah muda. Seakan menunjukan kesan romantis yang mampu menghipnotis setiap netra yang memandangnya.
***
The Secret of Love,
Masih ingatkah kalian dengan satu persembahan itu?. Resital piano yang sejatinya sangat dinanti oleh sang artis utama nyatanya tidak berjalan sesuai harapannya.
Joseph Nollan, tampak memejamkan matanya. Bersama jari-jemari yang menari. Menekan nada-nada tinggi, lalu merendah ... tubuhnyapun ikut bergerak merasakan setiap harmoni yang dia ciptakan.
Ada rasa yang menyayat, membuatnya banyak bertanya-tanya saat dilihatnya sebuah kursi yang sudah dia persiapkan masih kosong tanpa tuannya. Benar ... dia menunggu dan terus menunggu sampai tiba dipenghujung penampilan terakhirnya, dia tidak datang. Seseorang itu, bahkan kini dia sama sekali tidak tahu dimana keberadaanya, bahkan ingatkah dia pada acara penting malam ini?.
Kini harapnya berganti, jikalau raganya tidak bersama saat ini. Maka izinkanlah agar gadis itu mendengar suaranya, suara hatinya. Meskipun angin yang mengantar melalui bisikan.
"The secret of love," ucapnya sesaat setelah menyelesaikan lagu terakhir. Lagu yang ia ciptakan untuk seseorang yang dicintainya.
"Persembahan ini adalah terakhir, sekaligus salam perpisahan dariku untuk kalian semua. Terima kasih kepada orang yang setia melihat, mendengar, mengikuti setiap penampilanku. Dari seorang Joseph Nollan yang bukan siapa-siapa hingga menjadi Josepah Nollan sang pianis. Tanpa kalian maka tidak ada yang mendengar permainan pianoku.
"Musik, agaknya adalah satu hal yang dekat dengan manusia. Sebuah hiburan yang kadang mampu membuat hati hanyut dalam setiap nada. Dan The secret of Love adalah jawaban, sebuah akhir dari perjalanan Joseph Nollan sebagai seorang pianis. Hidupku ... sekarang bukanlah tentang musik, bukan hanya tentang kalian, dan juga orang-orang terdekatku. Tapi ... juga tentang Tuhan, kedamaian, dan sebuah pilihan."
Sepertinya Allah mengijabah doanya, bukan hanya angin yang membisikkan kalimat demi kalimat yang tulus terucap. Tapi lebih dari itu. Disana bermil-mil jauhnya dari gedung besar itu. Seseorang terpaku melihatnya. Diatas sebuah jembatan, berteman bubuk putih yang perlahan kembali melayang turun. Beterbangan, menambah suasana semakin dingin dan membekukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assyauqi
Spiritual❕Sequel Ja Ich Bin Ein Muslim. Disarankan untuk membaca cerita pertama. Picture by: Pinterest * Senyap ... perlahan terkikis oleh sebuah pertemuan. Joseph Nollan, seorang pianis yang kehilangan sebuah makna kehidupan. Laki-laki yang dengan lancangny...