Seorang wanita paruh baya yang terlihat masih cantik diusianya yang memasuki angka 50 tahun terbaring lemas di ranjang sambil menangis.
Sudah hampir sebulan lebih ia berbaring sakit karena sibuk memikirkan putri satu satunya yang pergi dari rumah.
Ratri dulu nampak anggun dengan kebaya dan rambut berkondenya kini bahkan wajah cantiknya terlihat memucat tanpa make up, rambut panjangnya di gerai tak beraturan. Kebaya cantik yang bisa membalut tubuh langsingnya kini di gantikan dengan daster batik rumahan."Le,adimu wes ketemu durung?(nak,adikmu sudah ketemu belum?)". Kata itu yang selalu diucapkan Ratri ketika Saka menjenguknya. Saka memejamkan mata, sesusah itu hati ibunya memikirkan Galuh.
"Dereng bu,(belum bu)". Abisaka hanya bisa menjawab itu seraya menggeleng halus. Dia pun sudah kesana-kemari mencari keberadaan Galuh di seluruh Jogja tapi entah karena Galuh pandai bersembunyi sehingga Saka sulit menemukannya. Adiknya itu seolah olah hilang tertelan bumi. Saka juga melebarkan pencariannya ke arah Magelang, tempat dimana orang tua ibunya berada tapi tetap saja nihil. Galuh yang biasanya ngambek selalu ke sana nyatanya tak ada juga. Teman yang terakhir adiknya hubungi juga tidak tahu menahu Galuh kemana. Yang gadis teman kuliah Galuh bilang ia hanya mengantar ke stasiun tanpa tahu tujuan adiknya itu pergi.
"Neng ndi adimu kui? Ibu janji nek Galuh ketemu orak bakal tak rabike". (dimana adikmu itu?ibu berjanji kalau Galuh pulang dia tidak akan dinikahkan)". Ratri meratapi kepergian Galuh. Kini ia hanya menangis sambil menyesal, harusnya dia tahu Galuh tidak suka dipaksa.
Dulu saja saat ia ingin menyekolahkan Galuh di sekolah kebidanan, putrinya itu menolak keras dengan kabur ke rumah neneknya di Magelang. akhirnya Galuh mau pulang setelah orangtuanya mengalah, menyekolahkan galuh di fakultas hukum di UNY. Ketika kecil putrinya itu juga keras kepala. Setip hati di pukul dengan lidi tetep saja kabur saat latihan menari.
"Dek, ibu sampun dahar? (dek,ibu sudah makan?)". Tanya Saka pada istrinya, Sekar .
Perempuan muda itu hanya menggeleng sambil berbisik lirih." Ibu ndak mau makan mas".Mendengar jawaban istrinya, Saka langsung mengambil bubur dan mencoba membujuk ibunya.
"Bu,dahar riyen njih?(bu,makan dulu ya)". Saka mulai menyuapkan bubur dan mengarahkan ke mulut ibunya.Bibir renta itu hanya bisa bergetar, menangis kembali. Hati anak mana yang tak trenyuh melihat sang bunda yang semakin hari semakin kurus dan hanya menginginkan Galuh.
"Ibu ora isoh mangan le, kepikiran Galuh. Neng ndi bocah wedog siji tox kui wes mangan hurung?isoh turu penak orak? Nek kenopo nopo piye? Nang njobo kono akeh rambok, begal, wong sing niate elek. Nek adikmu ciloko piye?"(Ibu tidak bisa makan, kepikiran galuh. Dimana sekarang ia berada? Sudah makan belum? Bisa tidur enak tidak? Kalau terjadi apa apa bagaimana? Di luar sana banyak penjahat. Kalau Galuh celaka bagaimana?)". Saka mengusap wajahnya dengan kasar, harusnya sang ibu lebih mengkawatirkan dirinya sendiri sekarang yang tergeletak lemah diranjang dan sedang terserang penyakit.Bukan Saka tak sayang Galuh tapi ia yakin, adiknya baik-baik diluar sana. Galuh itu mandiri dan kalau punya kemauan keras,susah dicegah apalagi dibantah dia gadis yang cukup keras kepala juga. Saka yakin Galuh bisa menjaga diri.
"Wes to bune, Galuh kan minggat sak karepe dewe. Ndak usah di pikir (sudah bu, Galuh pergi kan kemauannya sendiri, tak usah dipikirkan)". Perkataan dari suaminya kian membuat Ratri semakin menangis kencang. Sungguh suaminya tak punya hati, coba ia punya kekuasaan sedikit saja agar bisa melindungi para anaknya. Ratri juga salah menganggap perjodohan adalah jalan terbaik.
"Bapak rak ngrasake, aku sing nglahirke Galuh pak, aku sing ngandut Galuh sangang sasi". (bapak tidak merasakan,saya yang melahirkannya,saya yang mengandung sembilan bulan)". Raden Tedjo terkejut mendengar ucapab istrinya yang keras,tak biasanya Ratri yang terkenal lemah lembut menjawab ucapannya dengan perkataan kasar tak menggunakan bahasa kromo alus.
KAMU SEDANG MEMBACA
assistanku putri keraton
RomanceHidup Galuh nyaris sempurna, lulusan sarjana hukum dengan status cumlaude, keturunan ningrat dari keraton, dan anak kesayangan. Hanya satu saja kekurangannya, kebebasan. Keputusan romonya untuk menjodohkan Galuh membuat gadis itu harus mengubur impi...