Tidak biasanya Krisna Majendra mengunjungi Arjuna kalau tak ada urusan yang penting. Tampak lelaki paruh baya itu duduk dengan santai di kursi yang didudukinya dulu, yang sekarang telah di miliki putranya."Tumben pah siang-siang papah kesini?". Krisna mengerutkan dahi, kenapa dibilang tumben wajar bapak ngunjungin anaknya. Juna masih sama, anak yang menyebalkan .
"Ada yang perlu papah sampaikan jun". Krisna menyerahkan surat undangan di atas meja. Surat berkertas putih yang ber kop andalas foundation.
"Malam penggalangan dana pah?kapan?". Tanpa membuka pun Juna tahu isi surat itu apa. Andalas Foundation memang bergerak pada bidang amal dan membantu orang yang tak mampu atau sekedar memberikan beasiswa pada siswa berprestasi.
"Baca sendiri dong, itu undangan bukan cuma di lihat". Krisna sudah keluar aslinya. Sebenarnya ia tipikel papah yang hangat dan akrab dengan para anaknya hanya saja dia lebih dekat dengan Kama karena Juna sendiri terlalu sibuk.
"Ih papah, nanti aku baca". Krisna menatap Juna jengah. Wajah boleh ganteng keturunan dia namun sikap arogan mirip banget sama ibunya, Tari.
"Jangan sampai kamu gak datang. Kamu datang ke Club malam aja cepet. Masak ke acara amal selalu absen. Ingat Juna dunia sama akhirat harus seimbang". Krisna paham betul kebiasaan buruk putranya hanya saja mau melarang. Apa Juna mau di larang, anak itu sudah terlalu tua untuk di kekang.
"Papah itu acara bikin bosen. Di sana Juna kayak pajangan. Di suruh serah terima bantuan doang!!".
"Lah itu acara amal bukan acara malam lajang yang ada perempuan lempar bra sama celana dalam. Lagi pula adik kamu Kama ngisi acara itu". Krisna selalu bangga dengan putra keduanya. Itu yang selama ini membuat Juna iri selain masalah Galuh tentunya.
"Kurang kerjaan banget si Kama". Juna tersenyum mengejek, Krisna tak suka jika kerelaan Kama ikut berpartisipasi di anggap sebuah lelucon.
"Papah malah bangga sama Kama, dia gak malu mau ngisi acara gak pake di bayar juga hibur penonton sama anak anak yatim". Juna langsung merengut. Gak Galuh sama ayahnya, semua ada di pihkan Kama.
"Datang ya jangan nggak. Awas aja kamu gak dateng saham kamu papah potong". Ancaman itu hanya sebuah angin lalu untuk Juna. Karena dirinya tahu ayahnya hanya bercanda, tapi sepertinya datang ke acara amal juga tak buruk.*************
Galuh bersama Kama melakukan latihan terakhir sekaligus gladi resik untuk pementasan. Mereka tidak hanya sendiri tetapi bersama anggota tim lain dan para anak panti asuhan yang juga nanti malam akan menyuguhkan sebuah pertunjukan drama.
"Mbak Galuh sudah punya pacar belum?". Tanya seorang anak kecil bernama Sidik sambil cengar cengir menunjukkan giginya yang tak genap.
"Kecil-kkok cil l tanyanya gituh,?". Oh dasar kidz jaman now, masih belum bener ngelap ingus udah main pacar-pacaran.
"Kalau belum mau ndak jadi pacar saya?". Galuh hanya bisa tertawa diiringi Kama dan juga anak lainnya. Bocah kecil ini sepertinya perlu sikat untuk mencuci otaknya supaya bersih.
"Eh bocah, ngajakin adik mas pacaran. Emang nyawa kamu ada berapa?". Tanya Kama sambil mengeplak bocah bernama Sidik itu dengan gulungan script.
Bocah itu hanya bisa garuk garuk kepala sambil nyengir." Saya gak bisa kasih nyawa, saya cuma bisa kasih ini". Bocah itu lalu menyerahkan segepok bunga bougenvil yang entah di dpat dari mana. Lalu berlari pergi karena malu sudah di suraki teman-temannya.
Galuh sendiri hanya tersenyum menatap bunga pemberian Sidik. Ia jadi ingat pot yang di pecahkan pak Juna sudah di ganti, untunglah tak ada korban jiwa saat pot itu meluncur jatuh ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
assistanku putri keraton
RomanceHidup Galuh nyaris sempurna, lulusan sarjana hukum dengan status cumlaude, keturunan ningrat dari keraton, dan anak kesayangan. Hanya satu saja kekurangannya, kebebasan. Keputusan romonya untuk menjodohkan Galuh membuat gadis itu harus mengubur impi...