Hari ini weekend, Galuh tampak menimang-nimang. "Pergi...enggak...pergi.... enggak..". Ia bergumam sambil memutar- mutar kartu nama pemberian Ratih! . Memikirkan mau percaya dengan ibu kedua pak juna itu atau tidak.
"Jadi pergi luh?". Tanya Sumi yang tengah asyik goreng tahu.
Sreng....
"Aku takut, kira-kira tante Ratih punya niat jahat enggak sama aku ya?".
"Jahat mbi koe ra ono untunge luh(jahat sama kamu gak ada untungnya)". Benar juga kata Sumi memang apa yang bisa di ambil dari Galuh. akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui orang yang mengaku sebagai budenya itu, tak ada salahnya kan percaya
************
Setelah naik gojek selama 30 menit Galuh akhirnya sampai juga ke rumah yang ia tuju. Ini Rumah apa istana gede banget tapi seger pohonnya banyak. Seberapa kaya, keluarga Majendra, apa termasuk salah satu dari 10 orang terkaya di indonesia. Entahlah hanya orang yang suka menghitung harta yang tahu.
Ting tong ting tong
"Assalamuallaikum". Sapa Galuh sebagai seorang muslim. Dari tadi tak ada yang membukakan pintu untuknya.
"Wallaikum sallam". Jawab seorang laki-laki tua membukakan pintu gerbang walau tak penuh.
"Nona cantik ini cari siapa?"Galuh malah garuk-garuk kepala bingung." Saya Galuh, mau cari tante Ratih ada pak?".
"Nona tunggu sebentar, saya hubungkan ke rumah utama. Saya tanyakan kepada kepala pelayan di sana". Udah panas, di suruh nunggu di luar Capek ternyata.
Beberapa kali Galuh menyeka keringatnya dengan tangan. Mungkin pak satpam tadi curiga kepada Galuh karena penampilannya lebih mirip gembel dari pada keponakan yang punya rumah."Silakan masuk non". Setelah menunggu agak lama, Galuh baru di bukakan pintu gerbang. "Nona jalan aja, lurus nanti sampai ke rumah utama". Galuh paham, yang di maksud rumah utama. Satu-satunya rumah besar ber cat putih yang di hiasi dengan taman, Air mancur buatan dan patung kuda putih di tengah-tengah halaman.
Tampak seorang wanita paruh baya keluar rumah dengan berjalan agak cepat. Penampilan Ratih sedikit berbeda. Memakai daster rumahan, menyepol rambut sembarangan tapi masih kelihatan cantik walau usianya sudah tak muda lagi. Ratih berlari tanpa memakai alas kaki ke arah Galuh.
"Galuh, bude seneng kamu akhirnya mau datang". Ratih begitu antusias sampai memeluk gadis itu dengan erat lalu mencium kedua pipinya. "Ayo masuk ke dalam".
Galuh yang ditarik tangannya mengikuti langkah semangat Ratih menuju ke rumah megah yang keluarga Majendra tempati. Galuh terkagum-kagum, interiornya begitu modern dan mewah. Catnya di dominasi warna gold dan juga cream. Di tengah-tengah ruang keluarga ada sebuah piano. Galuh ingin sekali bermain di atas tuts piano itu. "Rumah tante bagus".
"Coba panggil bude jangan tante". Galuh kira dia bakal di ajak duduk di ruang tamu tapi langkah Ratih tak mau berhenti, membawanya ke ruangan setelah melewati tangga berulir terlebih dulu.
"Ini dimana tante...eh bude".
"Ruang kerja pakdemu, biasain panggil bude ya?". Ruangan yang lumayan besar di penuhi dengan buku tebal. Ratih berjalan menuju ke sebuah rak buku bersampul coklat tua. Ia mengambil sebuah buku besar seperti bingkai foto.
"Kamu pingin bukti kan, kalau saya sama ibumu kembar? ". Ratih mengahampiri Galuh yang masih terpaku di pintu masuk. Ratih menyeret Galuh untuk duduk di sofa lalu dengan hati-hati membuka bingkai album foto usang namun masih bersih dan terawat. slice pertama foto kedua simbah Galuh bersama keempat anaknya.
"Ini foto simbah kakung dan putri, yang kembar ini pasti ibu sama bude, ada juga paklek Joko dan paklek Seno. Bude yang mana?". Tanya Galuh yang penasaran, di foto ini ada dua anak perempuan yang berwajah sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
assistanku putri keraton
RomanceHidup Galuh nyaris sempurna, lulusan sarjana hukum dengan status cumlaude, keturunan ningrat dari keraton, dan anak kesayangan. Hanya satu saja kekurangannya, kebebasan. Keputusan romonya untuk menjodohkan Galuh membuat gadis itu harus mengubur impi...