cemburu menguras emosi.

60.7K 5.1K 50
                                    


Sedari tadi mata Ratih tak lepas dari gadis di depannya ini. Wajahnya mirip sekali dengan Kalla tapi gesturenya jelas beda. Galuh lebih terkesan lemah lembut bila menghadapi anak kecil. Ia mandiri dan sering menebar senyum, berbeda sekali dengan Kalla yang super cuek dan jutek.

"Saya cariin mamah kemana-mana tahunya mamah di sini," sapa Marlon yang baru saja muncul dari arah kolam renang.

"Iya, di sini lebih tenang daripada ikut party yang gak berfaedah." Ratih mengambil cangkir tehnya,menyecap rasanya yang harum. Ratih tak begitu suka pesta, ia suka ketenangan dan kesunyian. Di usianya tak muda lagi, pesta hanya membuang-buang waktu dan uang.

"Sampai kapan mamah musuhan terus sama tante Tari?" Pertanyaan yang sama selalu diucap Marlon jika bertemu Ratih dan Tari di tempat yang sama. Dia sempat mendengar gunjingan kalau mertuanya dan ibu Juna bertemu dan berselisih paham. Mereka memang dari dulu tak pernah akur.

"Mamah gak pernah anggep dia musuh, dia nya aja yang selalu marah-marah tiap kita ketemu," jawab Ratih sebagai alasan. Marlon tahu disini yang tersakiti hanya tante Tari sementara ibu mertuanya ini mendapat begitu banyak cinta walau hanya jadi istri kedua.
"Lon, please jangan bahas ini lagi.  lebih baik kamu mikirin diri kamu sendiri. Kapan kamu bawa ibu baru buat Killa?" Pertanyaan ini lagi yang buat Marlon sakit kepala. Sebenarnya ia sudah punya kekasih tapi sulit ia kenalkan di depan ibu mertuanya karena kekasihnya itu orang yang membuat Kalla pergi untuk selama-lamanya.

"Mah, Marlon belum mikir kesana. Aku fokus buat bahagiain Killa." Alasan klasik yang selalu ia ucap. Ratih ingin sekali Galuh jadi pengganti Kalla. Wajah mereka memang mirip tapi maaf saja tetap Galuh dan Kalla jiwa yang berbeda. Marlon melihat binar kehidupan di mata Galuh, masa depan gadis itu masih panjang. Janganlah dulu membicarakan pernikahan.

"Kamu lihat Killa? Bahagia banget sama asistennya Juna. Perempuan itu masih muda dan cantik." Marlon mengusap wajahnya pelan. Ia tak suka dijodohkan lagi pula melihat wajah Galuh membuatnya merasa semakin bersalah. Kalla dan Galuh bak Pinang di belah dua, hanya garis wajah Kalla sedikit tegas dari pada Galuh.

"Jangan mulai mah, lagi pula perempuan itu incaran Martin."

"Hahaha kamu bercanda, adik kamu itu siapa aja diincar. OG aja disikat sama dia kayak gak tahu kelakuan Martin aja," Ratih mendengus tak suka. Martin memang satu benih dengan Marlon tapi tetap beda lah. Marlon begitu bertanggung jawab sedang Martin adalah biang kerusuhan. Dulu harusnya Martin yang menikahi Kalla namun Ratih menolak lamarannya, memilih Marlon karena pertimbangan umurnya yang lebih tua. Tapi sialnya Marlon ternyata punya pacar.

Ratih juga punya mata, melihat Martin yang tadi begitu menempeli Galuh hingga gadis itu risih. Perempuan paruh baya itu tahu bahwa Martin menyukai asisten Juna tapi kalau dugaannya benar tentang Galuh. Sebaiknya Martin jauh-jauh dari gadis polos itu. Ia tak rela jika wajah polos nan teduh menjadi milik salah satu don juan Keluarga Suratedja.

"Bukan cuma Martin tapi juga Juna. Kayaknya protektif banget sama itu cewek mah." Selama ini, itu yang terlihat di mata Marlon dan membuat Ratih berpikir keras. Juna itu duplikat ayahnya baik sifat ataupun rupa dan Galuh menyerupai dirinya saat masih muda, cantik, polos tapi pintar. Pasti dengan mudah membuat Juna akan jatuh cinta tapi sayang bila itu terjadi Ratih yang pertama akan pasang badan untuk menghalangi mereka. Cukup dirinya saja yang harus menderita di cintai Krisna. Kasihan kalau gadis sebaik Galuh harus merasakan hal yang sama. Juna jauh lebih brengsek dari pada Martin.

"Juna gak selera sama perempuan biasa kayak Galuh lagi pula kamu lihat Killa suka sama itu gadis." Marlon lelah menghembuskan nafas sejenak. Apa ia harus berterus terang bahwa ia masih menjalin hubungan dengan Bianca.
Ah tidak bisa, pasti mertuanya tak akan setuju dan juga kalau sampai mamanya sendiri tahu. Bisa tamat hidup Bianca.

assistanku putri keratonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang