Menguak masa lalu

49.9K 5K 241
                                    


"Papah kira kita bakal tinggal di apartemen kamu, Ini rumah siapa setengah jadi gini". Krisna heran kenapa Juna membawanya ke sebuah rumah yang setengah jadi dengan halaman yang cukup luas. Minjem dari siapa?.

"Ini rumah Juna pah, apartemen itu kan Juna sewain". Gak ada angin Gak ada hujan tuh anak kerasukan apa sampai punya pikiran bener buat beli rumah.

"Tumben waras, Kenapa beli rumah? Jangan-jangan  kamu, udah siap- siap minggat jauh-jauh hari ya?". Juna hanya melihat datar ke arah sang ayah . Emang salah mikir masa depan?

"Papah Aku beli rumah buat Galuh, Aku sama anak kita nanti". Krisna mencibir.

"Mimpi jangan ketinggian entar kepleset". Ah Ini nih Juna mesti singkirin si tua biang masalah. Lihat aja kalo dia juga gak kasih restu. Tak balikin ke rumah mamah.

"Juna mau nikahin Galuh pah, Juna serius. Papah Jangan halangin donk, jangan jadi sekutu istri-istri papah. Kasih restu buat Juna". Krisna yang sudah lelah berdiri lama duduk di undakan teratas teras rumah bersenderkan pilar besar.

"Tergantung usaha kamu".

"Pah, Juna kurang usaha gimana? Juna sampai keluar dari rumah, nglawan mamah, Juna nabung beli rumah pake uang pribadi Juna sendiri karena Juna pingin nikah sama Galuh. Supaya nanti Galuh sama mamah gak satu rumah, karena aku tahu mamah gak akan suka sama Galuh". Krisna hanya tersenyum smaar, ia tahu kali ini putranya benar benar serius. Hanya....

"Beresin dulu status kamu, kamu itu tunangan Roxanne. Jangan kamu pingin nikahin Galuh tapi masih dalam status tunangan orang". Juna
Mendengus lirih. Ia lupa masih ada kerikil lain yang menghadang hubungannya.

"Pasti aku bakal putusin Roxanne tapi bener ya pah. Papah bakal restuin kita sekalian bantuin Juna buat bujuk mamah sama tante".
Krisna Memutar bola matanya dengan malas.

"Ya... iya.. banyak maunya kamu itu. Sebenernya kalau dua istri Papah itu gampang. Ratih itu kalo marah gak lama lama, dia bisa diatur kalau mamahmu paling kalau kamu udah nikah dan kasih dia cucu Tari bakal luluh. Mamahmu diem- diem kan iri, Ratih Punya cucu duluan. Yang bakal jadi masalah itu Tedjo alias romonya Galuh". Menurut Juna sang ayah hanya beralasan, mengapa membahas orang yang tak ada di antara mereka. Namun mendengar nama bapaknya Galuh disebut. Juna memusatkan perhatian ke arah sang ayah. Tak pernah terpikirkan kalau bapaknya Galuh akan jadi masalah besar, mungkin selama ini karena Dia Tak pernah muncul. Galuh pun tak bercerita tentangnya, apa karena gadis itu takut dengan sosok sang romo.

"Romonya itu kan temen papah. Tinggal papah lobi aja, gampang kan". Anak ini dia kira nglobi Tedjo itu kayak kerjasama bisnis apa?? Mereka tak pernah berhubungan lagi semenjak baku hantam itu.

"Dulu kita teman tapi sekarang bukan jun, kita lebih mirip rival". Kenyataan macam apa ini belum ketemu Romonya Galuh tapi papahnya udah cari perkara.

"Kenapa bisa begitu". Apa ini saatnya Krisna menceritakan masa lalunya yang rumit.

"Dulu Papah sama Tedjo itu sahabat dari kecil walau status kami berheda. Tedjo anak bangsawan dan papah cuma anak pelayan yang tak tahu bapaknya siapa". Mata Juna membulat mendengar kenyataan ini. Kakek dari pihak sang ayah yang tak pernah ia ketahui yang dikiranya sudah mati. "Dan di antara kami ada sepasang gadis kecil kembar yang cantik, Ratih dan Ratri. Kamu tahu cinta pertama papah siapa?". Aduh Pertanyaan yang sulit, udah tua masak ngomongin cinta pertama.

"Tante Ratih??". Krisna menggeleng pelan lalu tersenyum simpul.

"Bukan, cinta pertama papah itu ibunya Galuh. Dia sangat cantik apa lagi kalau sedang menari. Dia itu sosok istri idaman bagi para bangsawan. Gadis rumahan, pandai memasak, tutur bahasanya halus dan selalu membatasi pergaulannya dengan lawan jenis tapi papah tahu diri, papah siapa berani bermimpi bisa bersanding sama dia. Papah beruntung bisa kuliah karena dapet beasiswa dari pihak keraton namun garis hidup Papah mengatakan lain, Almarhum kakekmu sangat suka dengan kesungguhan dan kepintaran papah makanya dijodohin sama anaknya yaitu ibumu. Padahal kakekmu itu petani kaya, sawah sama tanahnya banyak". Juna jadi pendengar yang baik hanya bisa diam. Tak menyangka asal usulnya ayahnya serumit ini.

assistanku putri keratonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang