Hubungan itu atas dasar kepercayaan

49.7K 4.8K 358
                                    

Ale masih diam mematung mencerna ciuman bibir tanda persaudaraan yang dikatakan Juna. Mereka kan saudara tapi gak deket. Juna Anak istri pertama, Kama Anak dari istri kedua dan Galuh sepupu Kama dari pihak ibu, saudara?? Agak lama Ale mencernanya... hah? Saudara dari Hongkong??. Anjirr Juna kamprett...

Tapi yang tak disadari Ale, Juna sudah membawa Galuh pergi dari kantornya.

"Masuk" Galuh gak tahu dia punya salah apa sampai diseret masuk mobil. Dia hanya nurut lalu mengencangkan seat beltnya.

Juna mencengkeram setir erat-erat, ia marah. Galuh santai banget nanggepin Ale pantes ituh laki punya harapan besar untuk mendapatkannya . Siapa yang harus disalahin atas kecemburuan butaan yang terjadi di hati Juna? Ia cuma takut kehilangan Galuh.

Ia menyetir mobil kebut kebutan tak peduli kalau ada nyawa penumpang lain yang ia bawa juga.

"Mas Juna... please pelan-pelan nyetirnya. Aku gak mau cepet cepet setor nyawa ke izro'il. Rugi donk belum kawin, Belum nikmatin surga dunia" Sebenarnya Galuh udah takut setengah mati apalagi hawa orang disampingnya ini penuh aura kegelapan. Entah karena gak dikasih sarapan apa gimana. Galuh cuma ngerasa dari tadi Juna menatapnya seolah olah mau melahapnya utuh-utuh

Dan celakanya candaan Galuh menyulut emosi Juna. Ia mengerim mendadak, sampai tubuh Galuh terjerembab ke depan, dadanya menabrak dashboard, udah dadanya kecil tambah rata aja, kegencet.

"Aduh!! Mas bisa nggak nyupir sih? Sini biar aku yang nyetir." Galuh tak tahu orang yang disampingnya sudah mati-matian menahan emosi sejak keluar dari firma hukum tadi. Juna melepas dasi dan menggulung kemejanya.

"Oh... jadi kamu takut mati karena belum kawin?? Kita kawin aja sekarang terus mati sama-sama!!. " Apa dia kata!?? Mati sama -sama? Mati aja sendiri!!

Krekk.. krekk..

Jok kursi yang ditumpangi Galuh turun. Tanpa aba-aba Juna sudah berada diatas tubuhnya, mengurung serta menciumnya kasar. Dia tahu ada yang salah, menyadari perubahan emosi kekasihnya. Apalagi kini tangan Juna meremas payudaranya hingga memekik kesakitan.

Mereka sudah biasa berciuman, tapi kali ini lain. Juna melakukannya tidak dengan cinta tapi ada bara api emosi tak kasat mata sedang merasukinya. Kalau Juna bisa kasar, dia juga bisa.

Satu tangan Galuh menggenggam sejumput rambut milik Arjuna, mencengkeram kuat-kuat lalu menjambaknya sampai kepala Juna terangkat.

"Sakit yang..."

"Rasain... emang aku gak sakit apa diremes-remes kayak urap. Biar nih rambut kamu botak aku cabut semua. Kawin... kawin..... kalau kawin kamu cepet tanggepannya". Didorongnya tubuh Juna untuk turun. Tapi si tubuh besar tak mau beranjak, malah matanya melotot menantang Galuh.

"Hey, kamu kenapa sih??".

"Kamu yang kenapa?? Genit-genitan sama Ale?." Hah?? Dia gak genit,
Kapan?? Galuh masih saja tak menyadari kemarahan Juna disulut karena kedekatannya dengan Ale.

"Aku gak ngapa-ngapain sama bang Ale". Tuh kan, gak genit manggilnya abang.

"Ngapain kamu manggil dia abang sama aku aja nggak." Galuh mulai mengerti,pacarnya ini sedang ngambek karena cemburu berat sama Ale.

"Mau aku panggil, abang Juna??". Juna yang sudah berpindah duduk di bagian kemudi, bibirnya ditekuk, Dia cemberut.

"Nggak mau, samaan Ale dong." Uluh-uluh muka Juna yang cemberut itu menggemaskan pingin rasanya tuh bibir dia cubit-cubit pake bibirnya.

"Aku panggil sayang ya?" Muka yang cemberut berubah cepat jadi sumringah. "Sayang... Kenapa sih mukanya ditekuk gituh? Jelek ih.. gantengnya nanti ilang." Tanya Galuh sambil satu jarinya menoel- noel dagu sang kekasih.

assistanku putri keratonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang