Hello guys!^^
Enjoy my story!^^
~°~°~
Hari itu ... langit ikut berkabung. Gumpalan-gumpalan awan putih telah bergeser, bergantikan dengan awan kelabu pembawa hujan.
Tetapi hujan tetap enggan turun. Sama sepertiku yang berusaha keras menahan air mata yang telah menggenang pada pelupuk mataku. Di ujung sana, kakak iparku tengah bersimpuh di sisi kakakku yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan berbagai alat bantu yang terpasang di tubuhnya.
Hong Jisoo, kakak iparku itu menggenggam tangan kakakku dengan lembut dan mengusapnya secara perlahan. Senyuman tipis terlukis di wajahnya. Tetapi aku tahu bahwa di lubuk hatinya yang paling dalam, ia menangis. Ia begitu terluka. Ia adalah orang yang paling hancur di antara siapa pun di dunia ini. Ia berusaha keras untuk terlihat tegar demi kakakku. Ia berusaha menyembunyikan lukanya demi kakakku.
Aku diam mematung di depan pintu. Lensa mataku terus fokus menatap mereka yang kini saling bertatapan dengan cinta.
"Jisoo-ya, aku tetap cantik bukan?" Suara lemah yang keluar dari bibir pucat kakakku itu membuat sebulir air mataku menetes. Jika aku berada di posisi Jisoo Oppa, mungkin aku takkan sanggup menyembunyikan perasaanku.
Jisoo Oppa tersenyum tipis dan mengangguk sebelum menanggapi, "Di mataku, kau selalu cantik, Yoora-ya."
Yoora Eonni membalasnya dengan senyuman tipis. Entah kenapa, bagiku wajahnya menyiratkan kelelahan. Tetapi ia terus tersenyum ke arah Jisoo Oppa.
"Jisoo-ya, kau tahu, kan? Aku sangat menyayangi adikku. Bagiku, di dunia ini tidak ada hal lain yang paling berharga selain dirinya. Dia seperti sebuah berlian. Berkilau ..., berharga ..., tetapi rapuh. Dia begitu ceroboh. Dia juga sering kesulitan mengontrol emosinya. Dia sering lupa akan hal-hal kecil." Aku merasa seperti sesuatu meremas hatiku dengan keras. Membuat hatiku benar-benar sakit dan merasa sesak.
Yoora Eonni diam sejanak. Ia memejamkan mata. Alisnya bertaut menjadi satu. Seolah menahan sesuatu yang begitu menyakitkan. Tetapi, tidak lama setelah itu ia kembali membuka mata dan tersenyum seolah tidak ada apa pun yang terjadi sebelumnya.
"Sejak kecil, dia sering lupa makan siang dan jatuh sakit. Dia juga sering lupa membawa payung dan berakhir dengan basah kuyup. Dia terlalu fokus pada apa yang dikerjakannya dan melupakan hal lain yang sebenarnya lebih penting. Dia membutuhkan seseorang di sampingnya. Dia membutuhkan seseorang untuk menjaganya dan mengingatkannya akan banyak hal. Jisoo-ya ...." Yoora Eonni kembali terdiam, namun segera melanjutkan perkataannya. "Maukah kau menggantikanku untuk menjaga (y/n)?"
Aku menutup mulutku untuk menahan isakan. Air mata melesak keluar dari sudut mataku. Jisoo Oppa tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Tentu. Aku akan menjaganya. Bukan hanya untukmu, tetapi untuk kita semua."
Yoora Eonni terlihat menghela napas. Guratan-guratan di wajahnya yang menunjukkan kelelahan dan menahan beban itu kini terlihat berkurang.
"Syukurlah .... Sekarang aku merasa lega. Aku sudah lama merasa lelah, Jisoo. Bisakah sekarang aku beristirahat?"
Jisoo Oppa lagi-lagi tersenyum tipis dan mengangguk. "Beristirahatlah, Sayang. Istirahat dengan tenang. Kau tidak perlu lagi mengkhawatirkan apa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [Seventeen Imagine Series]
Short StoryHighest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong biarkan aku menjaga (y/n) seperti apa yang Yoora inginkan." Kalimat itu merubah segalanya. Kalimat itu...