Yang ini update guys~
Happy reading!^^
~°~°~
Ceklek ....
Jisoo Oppa keluar dari kamarnya yang berada di seberang kamarku ketika aku membuka pintu. Kami membuka pintu secara bersamaan.
Aku dan Jisoo Oppa hanya saling bertatapan satu sama lain. Setelah itu aku menunduk dengan canggung.
"Hari pertama bekerja?" Pertanyaan itu membuatku menoleh. Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
"Sudah sarapan?"
Aku menggeleng. "Aku akan makan roti di jalan."
"Itu tidak baik," ujarnya. "Duduklah di meja makan. Aku akan membuatkanmu sarapan."
"Ehh tapi—"
"Tidak ada tapi-tapian." Jisoo Oppa tersenyum tipis. Ia menaruh tas kantor dan juga mantelnya di sofa ruang keluarga. Ia menggulung lengan kemeja putihnya hingga sikut. Setelah itu, berjalan menuju dapur.
Aku mengikuti langkahnya menuju dapur. Tapi aku tak mengusiknya. Hanya duduk di meja makan dan memperhatikannya.
Dia terlihat begitu cekatan. Segala yang dia kerjakan benar-benar rapi. Dia bentuk nyata karakter sempurna dalam kisah novel. Pria idaman. Siapa pun yang mendapatkannya adalah wanita yang beruntung. Ya, Yoora Eonni adalah wanita yang beruntung.
Drttt .... Drttt ....
Fokusku beralih pada meja makan ketika merasakan ponselku bergetar. Ada sebuah pesan. Senyuman tipis terlukis di wajahku begitu melihat nama pengirimnya.
WonuWonu~
Jangan kesiangan di hari pertama, pemalas!
"Dari Wonwoo ya?"
Aku yang mendengar itu mendongak dan tersenyum lebar. "Iya."
"Kelihatannya bahagia sekali." Jisoo Oppa menaruh dua piring roti isi telur beserta daging asap, keju, dan selada di atas meja makan dan mengambil tempat duduk di depanku.
"Bukan bahagia," ujarku lalu menunjukkan pesan dari Wonwoo. "Ini konyol sekali. Dia yang suka terlambat. Dia juga yang suka malas."
Jisoo Oppa yang melihat itu terkekeh pelan. "Dia mengkhawatirkanmu."
"Dia perlu mengkhawatirkan dirinya sendiri," ujarku kemudian mengambil garpu dan juga pisau. "Kupikir tadi Oppa bilang tidak sehat makan roti di jalan."
"Memang," ujarnya kemudian mengambil roti itu dan menggigitnya seperti burger.
"Tapi ini roti, Oppa."
"Ralat. Ini roti isi," ralatnya. "Lebih sehat. Ada protein, karbohidrat, dan juga—"
"Ya, ya, aku tahu," ujarku lalu mulai memotong roti itu dan memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [Seventeen Imagine Series]
Short StoryHighest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong biarkan aku menjaga (y/n) seperti apa yang Yoora inginkan." Kalimat itu merubah segalanya. Kalimat itu...