Update guys♡
Yang masih setia mana suaranyaaaaaa? Kemaren belom absen nih wkwkwk
Happy reading!^^
~°~°~
Aku tersenyum tipis ketika Soonyoung melambaikan tangan dari luar kaca mobil. Senyuman lebar masih terpajang di wajahnya ketika ia berbalik masuk ke dalam kantor.
Aku menghela napas berat lalu meraih ponsel, mulai mengetik pesan pada Wonwoo yang menanyakan kebaradaannya dan memberitahunya bahwa aku telah kembali menyandang status yang sama dengannya setelah putus dari Soonyoung. Setelah itu memejamkan mata dan bersandar pada jok mobil.
Setetes air mata jatuh dari sudut mataku. Aku menyentuh dadaku yang terasa sesak.
Aku tidak mengerti... Aku yang mengakhiri. Aku juga yang sakit. Tapi aku tahu ini bukan sakit karena aku mencintainya. Mungkin seperti penyesalan dan rasa bersalah atas luka yang ia terima.
Aku kembali membuka mata, melihat lurus ke depan. Otakku kembali berputar, mencoba mencerna kata-kata Soonyoung sebelumnya.
"Terimakasih karena sudah mengatakannya secara jujur. Sekarang aku lega."
Aku membulatkan mataku ketika kalimat itu sempurna keluar dari mulutnya. Soonyoung tersenyum lebar, membuat matanya menjadi garis. Tetapi senyumannya tidak terlihat konyol seperti biasa, justru terlihat tulus.
"Aku sebenarnya sudah tahu sejak beberapa waktu lalu," jelasnya, "tapi aku tidak mengatakannya karena aku ingin kau yang mengatakannya."
"Soonyoung..."
Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi aku ingin bicara. Seperti dorongan untuk memberi penjelasan. Tapi aku bahkan tidak tahu bagian mana yang harus dijelaskan. Semuanya sudah terungkap jelas.
"Aku tidak akan jadi pria bodoh yang menahanmu demi melindungi perasaanku sendiri. Aku tahu aku tak boleh mencoba mempertahankanmu. Aku akan menerima keputusanmu," ujarnya lalu menepuk bahuku. Ia tersenyum. "Kuharap setelah ini kau lebih merasa bebas dan bahagia. Jisoo Hyung orang yang baik. Aku tahu itu. Jadi aku merasa tenang."
Soonyoung melirik. Lampu lalu lintas yang semula berwarna merah telah berubah menjadi hijau. Ia mengangkat rem tangan, lalu menginjak gas sehingga melintasi jalanan perkotaan yang cukup penuh.
Aku terdiam... Masih menatapnya. Aku mencoba menemukan kata yang tepat untuk dibicarakan. Tetapi lagi-lagi aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku sudah kehilangan kata.
"Jangan salah paham."
Soonyoung kembali bersuara ketika aku merasa otakku hampir berasap karena terlalu banyak berpikir. Aku kembali menatap Soonyoung. Ia melirikku sekilas.
"Aku tidak menahanmu saat ini, bukan berarti aku akan melepasmu."
"Apa?"
Aku mengerjap pelan, sama sekali tidak mengerti jalan pikirannya. Sungguh, aku tidak mengerti perkataan Soonyoung yang terlalu rumit atau otakku yang terlalu lambat mencerna.
Soonyoung kembali melirik dan tersenyum lebar. "Selama belum ada undangan yang tersebar, aku tetap akan melangkah. Siapa tahu saja kau masih bisa berubah pikiran bukan? Aku akan memulai start dari awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [Seventeen Imagine Series]
Proză scurtăHighest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong biarkan aku menjaga (y/n) seperti apa yang Yoora inginkan." Kalimat itu merubah segalanya. Kalimat itu...