Feeling Guilty

2.8K 415 178
                                    

I'm back❤️


Happy reading!^^



~°~°~



Selama perjalanan pulang, kami terjebak dalam atmosfer yang mengerikan. Entah kenapa, diamnya Jisoo Oppa mengeluarkan aura yang membuatku takut bahkan untuk sekedar meliriknya.

Aku hanya menyandarkan kepalaku pada kaca jendela mobil. Mataku melirik ke arah butiran-butiran air yang menghiasi kaca karena hujan turun. Karena hujanlah, suasana ini terasa semakin mencekam.

Aku menghela napas, lalu memejamkan mataku. Aku berusaha untuk tertidur, berniat melenyapkan pikiran-pikiran yang membuatku penat meski mungkin hanya bertahan sementara waktu. Pikiran-pikiran itu mungkin akan kembali menyerangku ketika aku terbangun. Aku mungkin akan pusing lagi memikirkannya. Ya, kuharap aku tidak gila apalagi karena pertanyaan Soonyoung.

Aku sudah tahu jawabannya. Aku tahu jalan menuju kebahagiaan ada di depanku. Bahkan, orang yang akan membuatku bahagia ada di sini, di sampingku. Tapi, mengingat bagaimana Sena memperingatkanku soal media yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin menjatuhkan appa, aku jadi semakin ragu melangkah. Aku takut jika artikel buruk tentangku muncul, bukan hanya appa yang akan jatuh, tapi Jisoo Oppa juga. Mungkin orang-orang akan membicarakannya. Mungkin orang-orang akan mengubah sudut pandang mereka pada Jisoo Oppa.

Aku kembali membuka mata ketika sebuah tangan memindahkan kepalaku untuk bersandar di bahunya. Ya, siapa lagi... Aku kembali memejamkan mata. Berpura-pura sudah tidur dan membiarkannya mengusap-usap kepalaku.

Pada akhirnya, aku benar-benar tertidur.


.
.
.
.


Aku sudah berada di kamarku ketika aku membuka mata. Selimut tebal menyelimutiku, gaun biru tua itu masih membalut tubuhku. Aku segera menyingkap selimut dan beringsut turun dari ranjang. Aku bergerak menuju meja rias untuk merapihkan rambut dan melepas beberapa hiasan kepala yang dipasangkan Sena tadi, juga menghapus make up.

Setelah merasa bersih, aku mengambil handuk dan segera melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku langsung keluar dari sana setelah menggunakan piama merah muda bergambar hati yang entah kenapa bisa berada di sana. Tanpa sengaja mataku menangkap jam dinding di sisi ranjang yang menunjukkan pukul dua lebih lima belas malam.

Aku memutuskan untuk keluar dan menonton televisi dengan semangkuk popcorn. Tapi, aku tak bisa fokus –terlebih bahasanya tak kumengerti. Aku meraih ponsel yang sejak tadi kusimpan di dalam saku piama dan menyalakannya. Aku tidak tahu sejak kapan benda itu mati. Entah tadi pagi, entah kemarin. Aku tidak ingat pernah memegang ponsel setelah pulang dari festival kembang api di Kyoto bersama Jisoo Oppa.



Ting! Ting!


Beberapa pesan beruntun masuk ke dalam ponselku hanya dalam hitungan detik. Isinya beberapa dari teman lama yang mencoba menghubungiku, beberapa dari Jiyong yang menanyakan padaku perihal akan datang atau tidak ke pernikahan Soonyoung –aku baru ingat kalau dia kakak dari Soonyoung dan harusnya bertemu denganku kemarin malam, juga pesan spam dari grup yang berisi diriku dengan Youngmi dan Minji yang menanyakan kenapa aku tidak masuk kerja beberapa hari lalu, juga dari Jinhwan.




Jinhwan Oppa

Kau di mana?

Apa kau jadi pergi?

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang