Update update update~ /nyanyi ala-ala Change Up/
Siapa yang udah nungguin nih? Yuk langsung caw aja dibaca. Jangan lupa dihayati dan dipikirkan mau jadi tim siapa :')
Happy reading!^^
~°~°~
Oppa... Hari ini aku lembur. Mungkin akan pulang malam. Jangan khawatir, aku akan meminta seseorang mengantarku pulang. Jangan menungguku untuk makan. Aku akan makan dengan lahap di sini.
Aku harus berbohong lagi pada Jisoo Oppa. Aku tidak mungkin mengatakan secara jujur kalau aku akan makan malam di rumah Soonyoung. Tidak... untuk kebaikan hubungan kami yang baru membaik.
Aku menghela napas sebelum keluar dari roomchat Jisoo Oppa. Aku mengunci layar kemudian memasukkan ponsel ke dalam ranselku. Aku bersandar pada jok mobil lalu menoleh pada Soonyoung yang fokus menyetir.
"Jangan antar aku pulang terlalu malam. Aku tidak ingin penjaga keamaan di rumah menelpon Appa karena aku pulang terlalu larut," dustaku. Sejujurnya, aku hanya tidak ingin Jisoo Oppa bertanya yang macam-macam dan aku harus berbohong lagi.
Soonyoung melirik sekilas sebelum bertanya, "Bukannya beliau ada di Jepang?"
"Justru karena ada di Jepang, Appa jadi lebih berhati-hati. Dia bukan orang yang akan terus memerhatikan pekerjaan dan lupa pada anaknya. Terkadang Appa memantauku dari sana karena aku bersikeras tidak ingin tinggal di sana. Tidak hanya lewat Jisoo Oppa, kadang juga lewat Park Ahjumma yang merawat rumah di siang hari," sahutku. Yang itu sungguhan. Tapi aku menceritakannya secara berlebihan untuk membuat kesan bahwa aku berada dalam aturan ketat.
"Mengerikan juga," sahut Soonyoung. "Bagaimana dengan Eomeoni? Apa ia banyak khawatir juga padamu?"
Aku tersenyum tipis. "Aku tidak tahu. Aku tidak pernah menemuinya."
"Maksudmu?"
Aku menoleh padanya. Soonyoung sesekali melirik, telihat menanti penjelasanku.
"Dia pergi ke Surga ketika melahirkanku," jawabku apa adanya. Membuat Soonyoung mendadak terlihat kikuk.
"Ahh... Maaf. Aku tidak tahu. Ketika aku mencari informasi tentangmu, semua yang keluar hanya tentang appamu. Kupikir itu karena perusahaannya yang sukses sehingga ia menjadi bagian keluargamu yang paling menonjol," ujarnya.
Aku tersenyum tipis. "Tidak papa. Lagipula itu tidak membuatku sedih sama sekali. Aku justru merasa senang karena Eomma pergi dengan cara yang baik. Kudengar, jika seorang wanita meninggal ketika melahirkan, ia akan pergi ke tempat yang baik. Aku terus mendoakannya untuk itu."
"Aku juga akan mulai berdoa untuknya," ujar Soonyoung. "Ohh ya, kurasa aku harus memberitahumu tentang ini agar kau tidak terkejut nanti."
Aku mengangkat sebelah alisku dan menatap Soonyoung dengan seksama. Menuntutnya untuk menjelaskan lewat tatapan itu.
Soonyoung kembali melirik sebelum fokus pada jalanan. "Eomma juga pergi dengan cara yang sama," ujarnya menggantung, "setidaknya itu yang orang-orang pikirkan."
Keningku berkerut. Berusaha memahami maksud dari "yang orang-orang pikirkan".
"Eomma Jiyong Hyung adalah satu-satunya wanita berstatus Nyonya Kwon. Bukan hanya satu-satunya yang diakui, tapi satu-satunya yang diketahui oleh orang-orang. Mereka tidak tahu kalau Appa punya dua istri. Mereka mengenalku sebagai adik kandung Jiyong Hyung. Bagi mereka yang tahu soal Eomma, mereka berpikir bahwa ia sudah tiada karena tidak pernah muncul. Ya... Begitulah. Aku juga tidak tahu ia ada di mana. Yang kutahu, ia berada di pelosok. Tapi tidak hidup sulit. Pasti di salah satu villa milik Appa," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [Seventeen Imagine Series]
Historia CortaHighest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong biarkan aku menjaga (y/n) seperti apa yang Yoora inginkan." Kalimat itu merubah segalanya. Kalimat itu...