Surprise

3.5K 549 241
                                    

Yuhu~ aku kembali setelah hampir seminggu hiatus :v

Percayalah, lebaran membuatku tidak bisa memegang hp lama-lama. Banyak yang manggil wkwkwk trus aku juga lagi menyempatkan diri untuk revisi work ini dari chapter awal karena mengandung typo dan ada yang belum sesuai dengan kaidah EBI. Yang lain juga menyusul /curhat/


Happy reading!^^



~°~°~



"Boo!"

Aku melompat di tempatku kala mendengar suara seseorang mengejutkanku. Aku mengerjap. Baru sadar bahwa saat ini, Kwon Soonyoung berada di depanku. Ia duduk. Tangannya bertopang di atas meja.

Ia tersenyum lebar. Aku tersenyum sebelum memerhatikan sekitar. Keningku berkerut, sejak kapan ruanganku jadi sepi? Hanya ada Jihoon yang fokus di depan komputernya.

"Yang lain sudah pulang," ujar Soonyoung seolah menjawab pertanyaanku.

"Hah?" Aku menatapnya seperti orang bodoh. Sungguh, aku benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi.

Soonyoung menghela napas. Ia kemudian menarik tanganku dan memperlihatkan jam tangan kulit berwarna coklat yang melingkari lenganku itu di depan wajahku sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas.

"Sudah pukul empat lebih tigapuluh menit. Kau sudah terlambat pulang tigapuluh menit karena melamun seharian," ujarnya.

"Sejak kapan aku pakai jam tangan?" Bukannya menanggapi, aku justru menanyakan hal lain.

Soonyoung yang gemas itu sedikit beranjak dan mencubit pipiku keras-keras. "Astaga (y/n) apa yang kau pikirkan sampai tidak sadar kalau aku memasangkannya beberapa waktu yang lalu?!"

Aku mengerjap lalu menarik tangannya menjauh. "Kenapa kau memberiku jam tangan?"

Soonyoung menarik lengan jasnya. Memperlihatkan jam tangan serupa denganku namun ukurannya lebih besar. "Couple."

Aku menghela napas lalu memutar bola mataku jengah. Tapi enggan untuk protes meski aku merasa barang couple itu tidak penting dan tidak ada gunanya. Bagi wanita lain mungkin romantis. Tapi aku tidak pernah mengerti apa fungsinya.

"Kau masih sakit?" Soonyoung kembali menopangkan tangan di atas meja.

Aku menjawabnya dengan gelengan. "Aku baik-baik saja bahkan di hari kedua dirawat. Tapi kau membuatku pusing."

"Lalu kau kenapa?" Ia perlahan meraih tanganku dan memainkan jemariku. "Kau sudah lama melamun. Tadi aku mendatangi Jihoon, kau melamun. Aku memeriksa apa kau makan siang dengan baik atau tidak, kau makan sambil melamun. Kau memikirkan apa?"

Aku menghela napas. Aku tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan sederhana itu. Pasalnya, aku tidak tahu apa yang kupikirkan. Aku juga tidak tahu sejak kapan aku melamun.

Sungguh... setelah Wonwoo menceritakan apa yang didengarnya di ruangan Soonyoung, aku sering merasa kosong. Apa aku terguncang karena itu?

Tapi kenapa? Itu bahkan belum pasti. Soonyoung belum mengatakan apa pun padaku.

"Kenapa?" desaknya.

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang