I do!

4.2K 695 362
                                    

Nih fast update nih :v wkwkwk

Yang kemaren mau fast update mana suaranyaaaaa? /rusuh sendiri/

Okk sip :')


Happy reading!^^



~°~°~



Otakku membeku ketika merasa sesuatu menyentuh bibirku. Bukan... bukan bibirnya. Melainkan jari tengah dan telunjuknya yang menghalangi bibirnya. Dia bisa saja langsung menciumku. Tapi dia menghalanginya.


Satu hal yang saat ini menjadi pertanyaanku. Dia tengah mengungkapkan perasaan atau hanya mencoba melindungiku?


Air mataku menetes. Rasanya sakit. Tapi aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya Jisoo Oppa pikirkan. Yang kutahu hanya satu...




... ini salah.


Jelas-jelas salah. Apa pun maksud perbuatannya, tetap saja salah.



Aku mendorong bahu Jisoo Oppa menjauh. Setelah itu mengusap air mataku dan menunduk.

"Kau mabuk, Oppa," ujarku lirih.

Jisoo Oppa menggeleng. "Seorang pengemudi yang baik bisa menahan dirinya untuk tidak mabuk dan tahu kapan harus berhenti. Aku seratus persen sadar."

Aku memejamkan mataku dan menggigit bibir bawah. Aku menahan napasku.

Apa maksudnya?


"Aku mau pulang." Aku beranjak dari tempat dudukku. Tapi Jisoo Oppa masih diam di tempatnya.

"(Y/n), aku belum selesai bicara."

"Aku tidak mau mendengar itu sekarang," sahutku cepat.

Jisoo Oppa menghela napas. Ia menaruh beberapa lembar uang di atas meja sementara aku berjalan terlebih dahulu menuju mobil. Aku tidak tahu aku saja yang terlalu terbawa perasaan atau memang menyakitkan. Aku hanya ingin segera sampai di rumah dan menangis.


***


Hari ini rumah terasa begitu hening. Aku menyesal tidak mau mendengar penjelasannya kemarin sehingga hari ini tenggelam dalam kecanggungan bersama Jisoo Oppa. Dan sekarang, aku terjebak di dalam kamar dengan rasa penasaran yang begitu dahsyat. Aku tidak berani keluar dari kamar meski perutku lapar.



Tok Tok Tok


Aku melompat di tempatku begitu mendengar suara ketukan pintu. Bahkan aku yang semula berbaring kini beranjak duduk.

"Hya! Buka pintunya atau aku masuk sendiri!"

Aku mendengus mendengar suara ketus dari Wonwoo. Ia masuk ke dalam kamarku sebelum aku mengatakan sesuatu atau beranjak untuk membukakan pintu.

"Kalau ujung-ujungnya tetap masuk, untuk apa kau teriak?!" tanyaku ketus.

Wonwoo menutup pintu kamarku dengan memberi sedikit celah sebelum melangkah masuk dan duduk di hadapanku. "Hya... Kenapa aura di rumah ini terasa menyeramkan?"

"Menyeramkan apanya?"

"Penghuni rumah ini terlihat suram. Jisoo Hyung melamun di ruang tengah dan kau pasti melamun di kamar."

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang