Maaf baru update guys aku baru selesai ujian /hiks/
Yuk ahh dibaca :"
Happy reading!^^
~°~°~
Cahaya matahari yang menyusup lewat celah-celah jendela kamar mengusik tidurku. Aku mengerjap pelan sebelum beranjak duduk. Kepalaku pening. Mungkin terlalu banyak menangis. Sungguh... aku tidak tahu kenapa melihat Jisoo Oppa memelukku dan menangis setelah melihat gaun itu membuatku menangis. Rasanya sakit. Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan untuk mengenyahkan perasaan itu selain menangis.
Aku menghela napas lalu turun dari ranjang dan berjalan membuka gorden kamar. Setelah selesai, aku bergerak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan keluar untuk mendapatkan segelas air.
Ceklek...
Pintu kamarku terbuka bersamaan dengan kamar Jisoo Oppa yang berada di sebrang kamarku. Pandangan kami bertemu. Namun tak ada satu pun kata yang terucap. Rasanya sama seperti ketika Yoora Eonni baru saja pergi. Kecanggungan yang membunuh itu kembali.
Aku berdehem sebelum memberinya senyuman dan melangkah pergi. Namun Jisoo Oppa menahan tanganku. Ia bahkan memutar tubuhku untuk melihatnya.
"Ada apa dengan matamu?" Ia menangkup pipiku. Memerhatikan kantung mataku yang bengkak lekat-lekat.
"Aku tidak papa," jawabku lalu menurunkan tangannya. Tapi Jisoo Oppa justru menangkup kedua pipiku dan menatapku lebih lekat.
"Jangan berbohong..."
Ini karenamu!
"Kau kenapa?" tanyanya lembut ketika aku tak menjawabnya.
"Aku ingat Yoora Eonni."
Jisoo Oppa terdiam. Ia menunduk. Lalu perlahan menarik kembali tangannya. "Maaf..."
"Untuk?"
Jisoo Oppa kembali menatapku. Kali ini tersenyum dengan lembut. "Aku akan menepati janjiku hari ini. Bagaimana?"
"Hah? Janji apa?" Aku mengerjap pelan. Suasana canggung yang semula menguasai surut begitu saja.
"Kita berkeliling Seoul. Ya? Aku kan sudah kembali dari Jeju."
Aku mengerjap pelan. Masih berpikir. Tapi, Jisoo Oppa malah tersenyum. Ia memutar tubuhku lalu mendorongku pelan untuk kembali ke kamar.
"Aku tidak menerima penolakan. Jadi bersiaplah. Kita sarapan di luar saja."
Jisoo Oppa tersenyum. Setelah itu keluar dari kamarku dan menutup pintu sementara aku menghela napas dan segera bersiap.
Dengan balutan celana jeans tiga per empat, kaus putih berbalut kemeja polos berwarna putih yang hanya kukancingkan setengah bagian bawah, juga kuncir satu di bagian bawah sebelah kanan, dan sneakers putih beralur pink, aku keluar dari kamar. Aku sengaja tidak membawa tas. Hanya ponsel yang kugenggam dan dompet kecil yang kumasukkan ke dalam saku.
Jisoo Oppa sudah menunggu di ruang depan. Ia mengenakan celana jeans dan kemeja putih yang digulung hingga sikut. Sebuah jam tangan kulit berwarna hitam melingkari tangannya. Ia semula menunduk. Tapi tersenyum kala melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [Seventeen Imagine Series]
Short StoryHighest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong biarkan aku menjaga (y/n) seperti apa yang Yoora inginkan." Kalimat itu merubah segalanya. Kalimat itu...