Aku kembali dengan cepat💕
Happy reading!^^
~°~°~
Sibuk.
Satu kata yang paling menggambarkan keadaanku saat ini. Ya sibuk pekerjaan, ya sibuk dengan hal lainnya. Ya ... kurasa tak perlu dijelaskan. Yang pasti deadline ada di mana-mana.
"(Y/n), mana tugasmu?!" tanya Jihoon frustasi dari mejanya.
"Iya ini sedang kukirimkan lewat email!" sahutku. Padahal aku masih tahap finishing. Tapi, kalau kukatakan dengan jujur bisa-bisa aku dibunuh. Keadaan tim desain sangat kacau. Semuanya. Bahkan Minji dan Wonwoo tak saling sapa karena sibuk dengan tugas masing-masing.
Aku menghela napas lega ketika tugasku selesai dan sudah sampai pada Jihoon melalui email. Mataku beralih pada hal lain sejenak, jenuh karena terus melihat komputer. Aku memijat pelipisku yang berdenyut. Kepalaku pusing bukan main. Timing-nya benar-benar tidak pas. Kenapa aku harus dijadwalkan menikah di waktu sibuk?!
Tok Tok Tok
"Masuk!" sahut Jihoon tanpa menolehkan kepala dari layar komputer. Jemarinya sibuk menari-nari di atas keyboard.
Seorang office boy masuk ke dalam ruangan. Tangannya membawa sebuah kotak berukuran kecil.
"Ada kiriman untuk Nona Kim."
"Ohh ...." Aku segera beranjak dan mengambil kotak tersenyum. "Terima kasih banyak, maaf merepotkan."
"Tidak papa, aku permisi." Pria dengan rambut cepak itu tersenyum dan pergi. Aku kembali ke mejaku. Biasanya mereka akan penasaran dengan apa yang kubawa. Karena sangat sibuk, sekarang semuanya diam dan tak memperhatikan.
Aku segera membuka kotak itu setelah duduk. Isinya setumpuk undangan dan catatan kecil. Aku mengambil catatan itu dan membacanya.
Hello bae,
Pasti sibuk sekali sampai pesan dan teleponku diabaikan ya?
Undangannya sudah jadi. Tadi aku mengambilnya dan sudah menyimpan sebagian untuk kusebar. Sebagian lagi sampaikan pada teman-temanmu di kantor dan juga Wonwoo. Jinhwan akan kusampaikan sekalian bertemu Jeonghan. Semangat❤️
Pssttt ... aku punya hadiah untukumu, cepat pulang.
Your Handsome Prince
"Handsome Prince," gumamku, "bagus sekali. Jadi aku apa? Putri Kodok?"
"Kau berisik," umpat Wonwoo.
Aku mendelik lalu meraih satu undangan dan menaruhnya di meja Wonwoo. "Kau punya kekasih duluan tapi aku menikah duluan," ledekku.
"Hah?!" Wonwoo memekik dan meraih selembar undangan yang kusimpan di mejanya. Ia membulatkan mata dan menodongku dengan tatapannya. "Apa-apaan ini?!"
Ohh, dia tidak berlebihan. Aku memang tidak memberi tahu Wonwoo kalau aku dan Jisoo Oppa sudah dapat restu. Sengaja mau mengerjainya, hitung-hitung kejutan. Lagi pula, dia juga tidak memberitahu aku waktu pertama dekat dengan Minji. Hitung-hitung balas dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother in Law [Seventeen Imagine Series]
Short StoryHighest rank - #36 on Short Story 180818 #7 Imagine "Aku akan tetap tinggal. Aku tidak tega meninggalkan (y/n) sendirian di rumah. Abeoji, tolong biarkan aku menjaga (y/n) seperti apa yang Yoora inginkan." Kalimat itu merubah segalanya. Kalimat itu...