{3}

40 1 0
                                    

Tak lama kemudian, setelah jam pelajaran Raven berakhir.

"Hadeuh... Itu sensei pengganti ngajarinnya agak berat ya.." Komentar Alice dengan mata muter-muter gegara pusing.

"Ah, elonya aja yang susah nyerap pelajarannya, baka kuro usagi." Ejek Gilbert.

"Emangnya lo ngerti, wakame-atama?!" Tanya Alice.

"Enggak." Jawab Gilbert polos yang dengan segera mendapatkan hadiah berupa lemparan lemari penyimpanan alat-alat kebersihan yang terbuat dari besi oleh Alice.

"Elo sih, Gil, ngajak ribut." Ujar Oz.

"Eh, be-te-we, lo bertiga kok kayaknya biasa aja sama itu Raven-sensei??" Tanya Elliot kepada Himika, Keith, dan Rin.

"Udah biasa (desho)." Jawab mereka biasa serempak.

'Pantesan..' Batin Elliot.

"By the way, guys, gue ke Toilet dulu ya~." Ujar Lottie yang kemudian keluar dari kelas.

"Yaudah, sono, ga ada juga yang ngelarang elo." Kata Oz, sejak kapan Oz jadi kayak gini yak :'v *plak.

"Kok gue punya firasat buruk ya?" Tanya Rin sweatdrop muram.

"Emang lo punya firasat apa Rin?" Tanya Aize.

"Etto.. Ini berhubungan sama Lottie---."

"Dia bakal kenapa? Kecelakaan? Kelindes truck?! Dimakan Titan?? Bundir dengan cara minum racun?? Atau lompat dari rooftop?! S'moga aja dah, biar tentram hidup gue!! Daripada di kejar-kejar dia terus!" Kata Aize blak-blakkan.

"---dan Raven-nii.." Lanjut Rin sweatdrop,
"Ttaku, Aize. Padahal elo sendiri orangnya playboy.."

"Teehee." Aize nyengir.

"Eeh?! Grande?!? Rin, apa yang bakal terjadi sama grande?!?" Tanya Himika panik.

"Mana gue tau oee!! Emangnya gue dukun?!? Tukang ramal?!? Gue cuma bilang 'punya firasat buruk'!! Bukan 'dapat pengelihatan masa depan'!!" Rin sewot.

"Tapi elo ga usah sewot gitu baka--maksud gue, Rin." Kata Nali yang dengan segera memperbaiki panggilannya.

Keith kejam kalau ada sesuatu yang berhubungan dengan adiknya (Rin), mungkin aja Nali bakal di mutilasi *ga.

"Yha gimana gue ga sewot?! Orang ini cuma firasat yang ga tau bener atau salah." Ujar Rin.

"Ga tau dari India?? Lah, orang tuh firasat lo 99,99% selalu tepat binti bener." Ujar Airilia.

"Eh? Iya kah?" Tanya Rin dengan tampang innocentnya.

'Haduh.. Ini temen gue atu minta di lempar apaan seh?!?' Batin Aria jengkel.

"Ah, yaudahlah. Kalau emang lo ada firasat, mending lo susulin tuh---- eh, Rin kemana dah? Kok tau-tau aja udah ngilang? Jangan-jangan, itu tadi penunggu kelas yang ngejelma jadi Rin lagi.. Hwee!! Eike takut!!" Ujar Vincent yang seketika mewek a'la bances alay dan dengan segera memeluk... Emilia *plak.

"LO NGAPAIN MELUK GUE?!?? SANA MELUK TEMEN LO YANG SESAMA BANCI JAHANAM ALIAS SI YURA!!" Bentak Emilia yang lamgsung menendang Vincent ke... Tempat sampah kelas *dor.

"Penunggu kelas dari Brazil?? Lo-nya aja yang terlalu terpaku sama penjelasan lo, Cent. Jadinya lo ga nyadar kalau adek gue udah nyusul Lottie duluan." Ujar Keith dengan nada datar.

"O-oke, got it Kei~.👌 " Ujar Vincent.

"Tapi... Karena tadi kau sempat mengira kalau hermana adalah penunggu.." Keith berkata dengan nada dingin dan seringaian, dilanjut dengan mengambil pisau yang entah dari mana.

Vincent mulai menenggak ludahnya dengan paksa,
'Yabai..' Pikirnya.

"Let's meet in the next life,  Vin-cent Night-tray." Ujar Keith yang kemudian melempar pisau itu kearah Vincent.

"Keith ngeri ya..." Bisik Break kepada yang lain.

"Terlalu sensitif jika ada hal yang menyangkut Rin nyaow.." Bisik Nala.

"Abangnya Rin kejam banget.." Bisik Liam.

"Namanya juga Keith.." Bisik Himika sambil menghela nafas.

"I can hear you, everyone.." Ujar Keith dengan tatapan dan nada dingin yang mengintimidasi.

Dan jelas membuat satu kelas (kecuali Himika) menenggak ludah secara paksa.

Sementara itu...

"Raven-sensei!!!!" Panggil Lottie ½ berteriak sambil berlari menuju Raven.

Raven yang mendengar dirinya di panggil oleh penggemar-- ralat -- murid barunya tersebut pun menoleh.

"Lo... ttie... san..??" Ujar Raven dengan nada bingung.

"Kyaaa!! Sensei ingat namaku!!" Ujar Lottie kegirangan yang membuat Raven sweatdrop.

"Ah.. Hai'... Ada apa? Apakah ada penjelasan dari saya yang kurang jelas?" Tanya Raven sambil tersenyum.

Dan membuat Lottie mimisan seketika *plak.

Raven yang melihatnya kicep dan juga sweatdrop, kemudian ia memberikan sapu tangannya untuk Lottie supaya perempuan itu bisa mengelap mimisannya.

"Iie, bukan itu, hansamu no sensei (sensei tampan)." Ujar Lottie yang membuat Raven makin sweatdrop dan kicep.

'Panggilan macam apa itu??' Batin Raven.

"A-ah, sou ka? Lalu, ada apa?" Tanya Raven.

"Tentang pertanyaan saya sebelum sensei mengajar!"

"Huh? Dore ka (yang mana)?" Tanya Raven bingung.

"Aduh, sensei. Jadi gini, anda kan masih single. Terus, anda juga masih sangat muda dan gak beda jauh sama saya. Keberatan ga kalau punya hubungan sama--."

"Lottie!!" Potong Rin sembari ½ berlari ke arah mereka.

"Rin?" Ujar Raven.

"Ikh! Rin maaah, elo ngeganggu moment gue aja." Protes Lottie cemberut.

"Moment dari Roma??" Ujar Rin sweatdrop,
"Yang ada elo ngeganggu Raven-nii tau.. Elo bisa di amuk sama Himi-chan."

"Iih~ bodo amat lah yau~ yang penting, tujuan gue tercapai!"

"Tujuan.. Tujuan.. Banyak alasan lo!! Dah sini!! Ayo balik ke Kelas!! Ttaku, katanya mau ke Toilet, ternyata malah ganggu Raven-nii." Ujar Rin sambil menarik Lottie untuk ikut bersamanya.

"Ihh!! Gue gak ngeganggu kok!! Hwee!! Raven-sensei!!" Lottie mewek.

"Urusai!!" Bentak Rin sambil terus menarik Lottie,
"Nee, Raven-nii, maaf mengganggumu desho. See ya."

Raven yang dari tadi hanya bisa menyimak pun menjadi kicep, sweatdrop, cengo, dan lain sebagainya.

"Sepertinya aku harus berhati-hati dengan Lottie-san mulai dari sekarang..."Ujar Raven nista.

PH no GakuenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang